
Di usia 47 tahun, Sylvia Grace Yuvenna membuktikan bahwa sukses berkarir bukan alasan untuk berhenti menimba ilmu. Menyeimbangkan peran sebagai eksekutif di Pertamina dan ibu dari dua anak, ia berhasil meraih gelar Magister Manajemen di FEB UGM dengan IPK 3.97 dalam waktu 22 bulan dan dinobatkan sebagai wisudawan terbaik ke-2 Prodi MM FEB UGM. Sylvia merupakan satu dari ribuan wisudawan program pascasarjana lainnya yang diwisuda di Grha Sabha Pramana (GSP) pada Rabu (23/1).
Gelar Master ini bukan yang pertama baginya. Sebelumnya, Sylvia telah menyelesaikan jenjang Magister di Prodi Technical Informatics, TU Delft, Belanda, pada tahun 2002. Setelah lulus dari TU Delft, ia bekerja di PT Pertamina (Persero) dengan karir awal di bidang penjualan dan pemasaran. Pada tahun 2020, ia menjabat sebagai Executive General Manager Jawa Bagian Tengah, hingga akhirnya di tahun 2021, setelah adanya restrukturisasi, ia ditempatkan di PT Pertamina Patra Niaga, dan kini menjabat sebagai Vice President Digital & Customer Solution.
Karir Mapan Saja Tidak Cukup
Meskipun memiliki karir yang cemerlang, dengan posisinya sebagai Senior Leader, Sylvia merasa perlu memperdalam perspektif strategis baru dalam mengelola perusahaan, memberikan arahan, serta memimpin dan membina tim. Meskipun memiliki banyak pengalaman dari pekerjaan dan pelatihan, Sylvia lebih tertarik untuk mengekspor hal tersebut di dunia akademik. Selain itu, ia juga ingin menambah jaringan serta bertukar pikiran dengan mahasiswa lainnya. Hal inilah yang mendorongnya untuk melanjutkan studi di Magister Manajemen FEB UGM Kampus Jakarta dengan konsentrasi Manajemen Strategik pada tahun 2022.
Menyeimbangkan Karir, Keluarga, dan Kuliah
Selain sukses dalam karier, Sylvia juga seorang istri dan ibu dari dua anak. Hal ini membuat pengaturan waktu antara kehidupan pribadi, pekerjaan, dan kuliah sebagai tantangan tersendiri untuknya. Namun, Sylvia menjelaskan bahwa perkuliahanya yang tak langsung intens di awal sangat membantunya beradaptasi dengan kesibukan baru. Selain itu, tim kerjanya yang solid dan saling membantu dalam pekerjaan juga turut mengurangi bebannya.
Kemudian, komitmen dan support system yang baik merupakan kunci utama dalam melewati berbagai kesibukan yang ada. Ia menjelaskan jika dalam seminggu, ia telah berkomitmen untuk menjalankan perkuliahan di Jumat malam dan sepanjang hari Sabtu, sementara tugas dan diskusi ia selesaikan pada Minggu atau malam hari di hari kerja.
“Saya juga bersyukur pada Allah SWT karena selama ini selalu diberikan jalan di tengah berbagai tugas yang muncul. Walaupun ada yang dikorbankan misalnya, family time di hari minggu, ataupun kadang minta digantikan di saat tertentu di pekerjaan, tetapi alhamdulillah semua dapat dijalani dengan baik,” ujarnya.
Dengan pengalaman kerja yang lebih matang dibandingkan saat kuliah jenjang magister pertama, ia merasakan bahwa banyak teori yang kini berkaitan langsung dengan kasus nyata di pekerjaannya. Beberapa mata kuliah, seperti Corporate Strategy, Strategic Management, Industry and Competitive Analysis, serta Business Ethics, membantunya memahami seluk-beluk korporasi serta etika bisnis secara lebih mendalam.
Selama menjalani kuliah di MM FEB UGM Sylvia mengaku memiliki pengalaman yang cukup unik, tepatnya saat berada di semester tiga. Pada awal tahun 2024, ia dan suaminya mendapatkan kabar mengenai percepatan keberangkatan haji. Hal ini sempat membuatnya bimbang karena khawatir hal tersebut akan mengganggu ujian akhir dan kelulusannya, sementara di sisi lain ia merasa bahwa ini merupakan kesempatan emas untuknya dan suami untuk menunaikan ibadah haji. Namun, setelah berkonsultasi dengan akademik, ia tetap bisa berangkat haji tanpa mengorbankan perkuliahan.
“Akhirnya keduanya bisa berjalan, perjalanan haji dapat kami lalui dan juga ujian akhir yang dilaksanakan seminggu setelah saya kembali, juga dapat diikuti dengan baik. Kesempatan berhaji juga menjadi kesempatan yang baik bagi saya untuk memanjatkan doa termasuk untuk kelancaran studi,” terangnya.
Belajar adalah Proses Sepanjang Masa
Berhasil lulus dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang memuaskan di tengah kesibukan karir dan keluarga, Sylvia menjelaskan jika dukungan dari keluarga, terutama suami dan anak-anaknya merupakan faktor terbesar yang mendorongnya untuk terus bersemangat. Dukungan dari atasan dan tim kerja di kantor yang memahami dan dapat menggantikan di saat-saat tertentu saat menjalani perkuliahan juga turut membantunya. Selain itu, dukungan dari teman-teman kuliah yang selalu membantunya selama perkuliahan, serta dukungan dari dosen pembimbing, Prof. Willy Abdillah, yang membantunya menyelesaikan perkuliahan dengan lancar di tengah kesibukan.
Setelah lulus dari Program Magister Manajemen FEB UGM, Sylvia mengaku ia merasa lebih siap menghadapi tantangan di perusahaan dan membimbing calon pemimpin masa depan. Ia juga ingin fokus pada pendidikan anak-anaknya agar mereka bisa berkontribusi bagi bangsa.
Terakhir, ia berpesan untuk teman-teman lain yang ingin kembali berkuliah agar dapat menemukan tujuan atau alasan terlebih dahulu. Apakah itu untuk kebutuhan karir, pengembangan diri, masa depan, maupun hal lainnya. Baginya, pembelajaran merupakan proses sepanjang masa. Belajar tak hanya melalui lembaga pendidikan formal, tetapi juga dari pengalaman kerja ataupun pelatihan mandiri.
“Yang terpenting adalah apa yang ingin dicapai dari proses belajar tersebut, apa hasilnya, dan bagaimana kita akan memanfaatkannya, tak hanya untuk diri sendiri, tetapi juga untuk masyarakat. Proses belajar ini hanyalah pintu, hanyalah awalan, untuk melengkapi dan meningkatkan kapabilitas kita, dalam memberikan sumbangsih yang lebih besar lagi,” pesannya.
Reportase: Najwah Ariella Puteri
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals