
Masih ingat dengan Apia Dewi Agustin? Namanya sempat mencuri perhatian publik beberapa waktu lalu karena kisah inspiratifnya. Gadis yang berasal dari sebuah pelosok desa di Kab. Magetan, Jawa Timur, ini berhasil menempuh pendidikan dari jenjang S1 lalu berkesempatan melanjutkan pendidikan S2 dan S3 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) tanpa biaya berkat prestasi akademiknya.
Kini, Apia kembali mencatatkan prestasi membanggakan. Ia resmi lulus dari Program Magister Sains Akuntansi FEB UGM sebagai lulusan terbaik dan tercepat Periode VI Tahun Akademik 2024/2025 dengan raihan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna yaitu 3,96 dengan masa studi 1 tahun 4 bulan 29 hari. Saat lulus dari program magister ia telah tercatat sebagai mahasiswa semester satu di Program Doktor Ilmu Akuntansi.
Sebelumnya, Apia berhasil meraih predikat cumlaude dari prodi S1 Akuntansi di tahun 2022. Ia sukses menyelesaikan studinya dengan memanfaatkan beasiswa Bidikmisi dan beasiswa Keluarga Alumni Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM (KAFEGAMA). Setelah lulus S1, Apia juga sempat bekerja sebagai project management analyst di salah satu perusahaan multinasional. Lalu pada tahun 2023, ia berkesempatan melanjutkan studi pascasarjananya di FEB UGM kembali secara gratis melalui skema beasiswa Pendidikan Magister menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU).
Perjalanan Apia meraih pendidikan memang tidaklah mudah. Tumbuh di daerah yang jauh dari pusat kota dan lingkungan keluarga sederhana tak lantas mematahkan semangat Apia untuk menggapai impian menjadi seorang akademisi. Ayahnya merupakan seorang petani yang tidak pernah menempuh pendidikan formal dan telah meninggal saat Apia duduk di semester lima jenjang S1. Sementara sang ibu hanya bisa menamatkan pendidikan di tingkat sekolah dasar dan sehari-hari menjalankan usaha toko kelontong. Meski tidak mengecap bangku pendidikan yang memadai, kedua orang tua Apia memiliki keinginan besar agar sang puteri bisa mengenyam pendidikan hingga perguruan tinggi. Mereka yakin betul bahwa pendidikan adalah jalan yang bisa mengubah kehidupan menuju masa depan yang lebih cerah.
Apia pun tidak menyia-nyiakan setiap kesempatan yang ada. Ia berusaha maksimal dalam menjalani setiap aktivitas perkuliahannya. Ia mengaku tidak mudah menjalani studi pascasarjana secara akselerasi di jenjang S2 dan S3 dengan target maksimal 4 tahun melalui skema beasiswa PMDSU ini.
“Tantangannya tentu berat, terutama dalam hal manajemen waktu dan pengelolaan emosi untuk menghadapi padatnya tugas akademik dan kewajiban riset, baik dari perkuliahan maupun skema beasiswa PMDSU” ungkapnya.
Namun ia mengaku beruntung karena didukung oleh lingkungan yang suportif baik dari pembimbing, tim promotor, dosen, kaprodi, staf profesional, maupun teman-teman seperjuangan di FEB UGM. Ia pun sangat terbantu dengan bimbingan promotor Prof. Mahfud Sholihin, Ph.D.
“Untuk menjalani studi magister dan doktor, sangat penting untuk menjalin komunikasi dan kolaborasi yang baik dengan promotor. Saya sangat berterimakasih pada Prof. Mahfud yang banyak membantu dan membimbing saya dengan sangat baik dan sabar selama studi. Beliau adalah inspirasi saya untuk menjadi seorang akademisi dan peneliti yang berdedikasi,” tegasnya.
Selama menjalani studi Apia tidak hanya fokus kuliah, namun juga aktif dalam berbagai kegiatan mulai dari melakukan penelitian, mengikuti konferensi internasional bersama dosen pembimbing dan rekan mahasiswa di MD FEB UGM hingga meraih beberapa penghargaan best paper dan best presenter. Selain itu, ia juga sempat menjadi asisten di Pusat Kajian Akuntabilitas dan Governansi (PAKAR) Laboratorium Departemen Akuntansi dan kelas S1.
Apia berhasil lulus dari program magister dengan mengajukan tesis tentang faktor-faktor yang mendorong pengungkapan terkait iklim (climate-related disclosure) pada perusahaan yang berada di kawasan Asia Pasifik. Hasil riset ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan, kinerja lingkungan terkait iklim, dan budaya masyarakat yang lebih berorientasi jangka panjang berkontribusi dalam mendorong pengungkapan terkait iklim di kawasan Asia Pasifik. Selain telah di submit ke jurnal ilmiah, tesis ini juga dikembangkan menjadi berbagai luaran lainnya. Salah satunya adalah sedang proses untuk diterbitkan dalam bentuk buku bertema pelaporan perubahan iklim. Selain itu, arah pengembangan penelitian lanjutan dari tesis ini juga berhasil meraih hibah Penelitian Kompetitif Unggulan FEB UGM, bersama dosen pembimbing dan penguji tesis.
Kesuksesan yang diraih saat ini tentu buah dari ketekunan, konsistensi, serta kerja keras yang dilakukan Apia serta doa dan dukungan dari keluarga, para guru, dosen, dan teman-temannya. Apia mengaku nilai-nilai FEB UGM seperti “integritas” dan “objektivitas dan kesetaraan”, sangat membantunya dalam menjalani studi maupun kehidupan sehari-hari.
“Berada di FEB UGM mengajarkan saya bahwa integritas bukan hanya tentang kejujuran, tapi juga komitmen, keberanian membela kebenaran, dan konsistensi. Saya juga merasakan bagaimana objektivitas dan kesetaraan benar-benar diterapkan. Setiap orang diperlakukan tanpa memandang asal, status, atau latar belakang. Nilai-nilai inilah yang membuat saya merasa benar-benar dirangkul di FEB, sejak S1 hingga saat ini. Di sini, saya belajar dan bertumbuh dengan nilai, bukan sekadar nilai akademik,” paparnya
Perjalanan Apia untuk menuntaskan pendidikan pascasarjananya masih terus berlanjut. Kedepan tantangan akan terus ada, tetapi ia yakin ada banyak peluang dan pintu yang terbuka jika terus berusaha. Semester ini, Apia akan memulai perjalanannya di semester ketiga program Doktor.
“Jangan pernah takut untuk bermimpi besar. Keterbatasan tidak seharusnya membatasi. Terus berdoa dan berusaha dengan sungguh-sungguh, jalan dan rezeki akan selalu menemukan cara untuk datang. Terus berbuat baik,” pungkasnya.
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals