
Istilah pariwisata berkelanjutan (responsibility tourism) dan pariwisata hijau (green tourism) sering digunakan dalam dunia bisnis, khususnya dalam industri pariwisata. Presiden Responsible Borneo (Reborn), Prof. Dr. Hiram Ting menyampaikan bahwa kedua istilah tersebut memang banyak digunakan dalam industri pariwisata, tetapi dalam praktiknya konsep keberlanjutan atau ramah lingkungan belum sepenuhnya diimplementasikan.
Kondisi tersebut, lanjut Hiram Ting menjadikan masyarakat kesulitan mengetahui bisnis mana yang benar-benar mengambil langkah nyata dalam menciptakan liburan yang lebih ramah lingkungan. Hal ini juga dipengaruhi oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan dan bagaimana cara menerapkannya.
“Kondisi ini menjadi tantangan sekaligus peluang,” ujarnya saat menyampaikan paparan berjudul Responsibility Sustains Tourism: Steering Tourism Ship Towards Sustainability di The 13th Gadjah Mada International Conference on Economics and Business (GAMAICEB) pada Rabu (23/7).
Ia menjelaskan tanggung jawab dalam konteks pariwisata mencakup tiga aspek penting. Aspek tersebut adalah kesadaran sosial terhadap etika dan perilaku pariwisata yang tepat, kesejahteraan sosial-psikologis masyarakat lokal, dan pentingnya pengalaman berkualitas bagi pengunjung.
“Pariwisata yang bertanggung jawab berkaitan dengan mewujudkan tempat yang lebih baik untuk ditinggali dan dikunjungi. Oleh sebab itu operator, pihak perhotelan, pemerintah, masyarakat lokal, dan wisatawan berkewajiban mengambil tanggung jawab menjadikan pariwisata lebih berkelanjutan,” tambahnya.
Hiram juga membagi pendekatan pariwisata berkelanjutan ke dalam empat pilar, seperti community orientation, youth engagement, visitor awareness, dan stakeholder collaboration. Ia mencontohkan praktik pariwisata bertanggung jawab adalah tempat wisata Paku Rock Maze Garden di Sarawak, Malaysia yang dikembangkan sebagai destinasi edukasi dengan melibatkan komunitas lokal dan tetap menjaga nilai ekologis.
“Ini bagian dari pengembangan tempat wisata sekaligus menciptakan nilai dan memaksimalkan kebermanfaatan bagi masyarakat,” ujarnya.
Mengakhiri paparannya, Hiram mengajak semua pihak untuk membangun kesadaran kolektif demi menciptakan pariwisata yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi. Pariwisata hendaknya dikembangkan ramah lingkungan, menghormati budaya lokal, dan berkeadilan sosial.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals