
Apakah pendidikan akuntansi saat ini mampu mencetak akuntan yang siap menghadapi era digital? Di tengah derasnya disrupsi teknologi dan kecerdasan buatan, akuntan masa depan dituntut menjadi pribadi yang beretika, dan adaptif.
Presiden The International Federation of Accountants (IFAC), Jean Bouqout menyebutkan profesi akuntansi merupakan profesi yang tengah berkembang pesat dan memiliki prospek cerah di masa depan. Pertumbuhan ini tidak lepas dari munculnya tantangan dan peluang baru dalam lanskap global, termasuk semakin meluasnya penggunaan teknologi seperti artificial intelligence (AI).
Kendati penggunaan AI kian meluas, Jean Bouqout menegaskan bahwa akuntan tetap memiliki peran kunci dalam menjaga kepercayaan publik, yang harus dimulai dengan pendidikan berbasis nilai etika di universitas. “Anda adalah jembatan untuk membentuk akuntan yang tidak hanya menguasai keterampilan teknis, tetapi juga memiliki perspektif global dan nilai profesiona
“Untuk mempertahankan reputasi dan kepercayaan publik, akuntan harus memulai karier dengan landasan nilai etika yang kokoh dan fondasi itu dibentuk sejak di bangku universitas. Sebagai seorang profesor, pemimpin akademik, dan dosen universitas, Anda memegang peran penting sebagai jembatan yang menghubungkan untuk aspirasi dan dampak nyata bagi profesi dan masyarakat,” paparnya dalam diskusi para akademisi dan praktisi akuntansi dalam Focus Group Discussion (FGD) IAI APAFest 2025 di MM FEB UGM, Sabtu (24/05/2025). FGD ini dirancang sebagai diskusi yang berorientasi pada solusi yang mengeksplorasi penyelerasan pendidikan akuntansi, standar profesional, dan tanggung jawab etika untuk memenuhi tuntutan masa depan.
Jean Bouqout menambahkan di era yang semakin dinamis penguasaan keterampilan teknikal saja tidak cukup. Perguruan tinggi perlu membekali mahasiswa dengan pola pikir yang adaptif, wawasan global, dan nilai-nilai profesional yang kokoh agar mereka mampu menjadi akuntan yang relevan dengan perkembangan zaman.
Menurutnya, menjadi akuntan profesional bukan hanya soal mengikuti perkembangan. Akuntan juga diharapkan memiliki kemampuan menyesuaikan diri, mengkritisi informasi baru, dan tetap menjaga nilai-nilai etika.
“Profesi akuntan hanya bisa bertahan dan dihormati jika dijalankan dengan etika dan kepercayaan. Saya percaya tugas utama seorang akuntan adalah memberi contoh baik secara teknis maupun integritas pribadi dan profesional,” ucapnya.
Anggota Dewan Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Prof. Lindawati Gani menambahkan bahwa pendidik memiliki peran dalam membentuk pola pikir dan nilai etika sejak awal mahasiswa memasuki dunia akuntansi berdasarkan International Education Standards (IES).
“Pendekatan pendidikan sebaiknya dilakukan secara integratif dengan menggabungkan teknis dan etika dalam satu kesatuan proses pembelajaran, sehingga lulusan akuntansi benar-benar siap menghadapi tuntutan profesional yang tidak hanya dicap sebagai ahli angka tetapi juga individu yang dipercaya,” ucap Linda.
Anggota Dewan IFAC, Prof. Sidharta Utama menegaskan bahwa tugas akuntan tidak hanya menyusun laporan keuangan. Akuntan juga memiliki peran memberikan informasi dan rekomendasi yang bernilai bagi pengambilan keputusan manajerial.
“Penting bagi akuntan untuk menganut prinsip pembelajaran berkelanjutan (lifelong learning) karena tantangan ke depan tidak selalu dapat diprediksi. Apalagi, pekerjaan teknikal seperti pencatatan transaksi berpotensi untuk digantikan mesin sehingga akuntan harus tetap meningkatkan kompetensinya,” jelasnya.
Sementara Guru Besar bidang Akuntansi FEB UGM yang juga Dewan Sertifikasi Akuntan Profesional IAI , Prof. Syaiful Ali menyoroti realita maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat disrupsi teknologi, termasuk auditor. Ia mengungkapkan sebanyak 1.500 auditor dan staf teknologi di Amerika Serikat mengalami PHK dari salah satu firma besar yang menjadi pertanda bahwa industri sedang berubah drastis akibat disrupsi teknologi.
Menghadapi tantangan tersebut, Ia pun mengajak seluruh pendidik akuntansi untuk memperbaharui kurikulum pendidikan akuntansi agar relevan dengan perkembangan zaman, Selain itu juga mengajarkan etika penggunaan teknologi secara komprehensif.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals