• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Identitas Visual
    • Ruang Berita
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Program Sarjana Internasional (IUP)
    • International Doctorate in Business (IDB)
    • Kalender Akademik
    • Ruang dan Kegiatan
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Kertas Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Bangun Bangsa dengan Pajak

  • Berita
  • 15 Agustus 2017, 13.50
  • Oleh : Admin
pajak bertutur

Jumat (11/8), Direktorat Jendral Pajak, Kementrian Keuangan Republik Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menyelenggarakan kuliah umum dengan topik “Pajak Bertutur: Membangun Generasi Emas Indonesia Sadar Pajak”. Acara yang dihadiri lebih dari ratusan peserta S1, S2,dan S3 ini berlangsung pukul 14:00-16:30. Acara dibuka dengan sambutan Dekan FEB UGM, Eko Suwardi, M. Sc., Ph.D yang kemudian dilanjutkan oleh sambutan dari Kepala Kanwil Direktorat Jendral Pajak (DJP) Daerah Istimewa Yogyakarta, Yuli Kritiyono.

Bertempat di Auditorium Djarum Foundation Pertamina Tower Lantai 6, kuliah umum bersama Ibu Menteri Keuangan RI, Sri Mulyani Indrawati ini dilakukan secara jarak jauh melalui teleconference dari Kantor Pusat DJP, Jakarta. Kuliah umum ini juga disiarkan di 11 kota yang berbeda di Indonesia. Sri Mulyani membuka kuliah umum dengan pemaparan mengenai bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia. Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang besar. Akan tetapi, yang menjadi tantangan Indonesia saat ini adalah bagaimana mengelola sumber daya manusia Indonesia yang besar tersebut menjadi berkualitas. “Manusia itu bisa menjadi aset bangsa, namun jika manusia itu tidak dididik, tidak mampu berproduksi, berpikir kreatif, dan cerdas, maka dia bisa menjadi liabilitas,” ungkap Sri Mulyani.

Sri Mulyani lantas mengungkapkan kondisi kualitas sumber daya manusia di Indonesia dibandingkan dengan 190 negara lainnya di dunia. Berdasarkan Human Development Index 2015, Indonesia hanya mendapat skor 70,18. “Tidak jelek sih, tapi jika dibandingkan dengan negara lain, kita patut merasa bahwa kita belum cukup baik,” jelas Sri Mulyani. Kondisi ini dapat diukur dengan angka harapan hidup Indonesia yang tergolong rendah. Selain itu, keadaan ini juga dapat diukur dari rata-rata lama sekolah orang Indonesia. Sri Mulyani mengungkapkan bahwa rata-rata sekolah orang Indonesia hanya 7,95 tahun (hanya sampai setara SD). Dengan demikian, agar sumber daya manusia Indonesia tidak menjadi liabilitas maka perlu adanya investasi pada sumber daya manusia. Investasi ini dapat berupa investasi pada dunia pendidikan serta pada kesehatan. “Jika kita lihat kondisi Indonesia saat ini, maka kita perlu melakukan investasi di bidang pendidikan yang cukup besar,” ungkap Sri Mulyani. Sejalan dengan hal tersebut, maka saat ini 20% APBN digunakan untuk anggaran pendidikan.

Kemudian, Sri Mulyani menjelaskan bahwa bidang lain yang perlu dibangun oleh Indonesia yaitu terkait infrastruktur. “Sejak Indonesia merdeka hingga saat ini, jumlah infrastruktur kita masih jauh tertinggal,” ungkap Sri Mulyani. Hal ini dibuktikan dengan indeks infrastruktur Indonesia yang berada dibawah rata-rata infrastruktur di dunia. Akibatnya, masyarakat Indonesia tidak mampu memiliki fasilitas infrastruktur yang dimiliki oleh negara-negara lain. Harapannya, dengan adanya investasi sumber daya manusia dan investasi infrastruktur ini, maka 28 tahun lagi atau tepatnya 100 tahun Indonesia merdeka, Indonesia optimis dapat menjadi lima negara terbesar di dunia.

Instrumen paling penting untuk melakukan investasi-investasi tersebut adalah APBN. APBN dalam undang-undang negara memiliki tiga fungsi yaitu alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Saat ini, APBN 2017 akan membelanjakan sebesar 2.133,3 triliun rupiah. Belanja pada APBN ini digunakan untuk investasi sumber daya manusia, investasi dibidang infrastruktur serta belanja untuk melindungi masyarakat miskin. Sementara itu, penerimaan pada APBN 2017 ini diperkirakan sebesar 1.736,1 triliun rupiah.

Penerimaan APBN ini berasal dari pajak dan penerimaan negara bukan pajak. Penerimaan bukan pajak seperti penerimaan yang berasal dari tambang, emas, batu bara dan minyak bumi. Akan tetapi, penerimaan bukan pajak ini belum mencukupi untuk menutup belanja APBN. Dengan demikian, diperlukan penerimaan melalui pajak yang berasal dari masyarakat. “Instrumen ini milik anda semua, bukan miliknya menteri keuangan. APBN ini milik anda semua, yang menyetor penerimaan adalah masyarakat dan yang menerima nikmatnya belanja juga masyarakat,” ungkap Sri Mulyani. Maka, pada kuliah umum ini Sri Mulyani mengajak agar masyarakat mau mempelajari APBN, memahami APBN dan turut berpartisipasi pada APBN. Partisipasi masyarakat ini dapat diwujudkan dengan membayar pajak kepada negara.

Selain itu, masyarakat juga diharapkan dapat mengawasi APBN. Pemerintah sendiri harus tetap dapat mengelola APBN dengan baik. Pengelolaan ini diwujudkan dari penerimaan negara yang harus terus diusahakan untuk optimal dan belanja yang dirancang dengan baik. Saat ini, penerimaan Indonesia melalui pajak yang diukur dari Tax to GDP Ratio Indonesia hanya 11,5 %. Apabila dibandingkan dengan negara tetangga, misalnya Thailand dan Malaysia, penerimaan pajak dapat mencapai hingga 15%. Untuk itu, diperlukan kesadaran masyarakat dalam membayar pajak agar dapat meningkatkan penerimaan pajak di Indonesia. “Kesadaran untuk membayar pajak itu bukan karena apa-apa. Tapi semata-mata karena kita ingin menjadi berdaulat, adil, dan makmur serta karena kita bangga menjadi warga Indonesia” kata Sri Mulyani.

Terakhir, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa pentingnya membayar pajak adalah sebagai sarana untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur serta sebagai mobilisasi sumber daya yang berasal dari aktivitas ekonomi masyarakat untuk membiayai pembangunan nasional. Untuk itu, diperlukan adanya gotong-royong dalam membangun Republik Indonesia. “If you don’t care about your country, never expect other people care about your country. Membangun jiwa dan raga itu tidak gratis. Bayar pajak untuk membuat Indonesia Raya,” tutup Sri Mulyani.

Sumber: Nindya/FEB UGM

Views: 225

Related Posts

PEOPLE PLEASER

Dampak People Pleaser terhadap Kesehatan Mental

Berita Jumat, 3 Oktober 2025

Dalam kehidupan perkuliahan, mahasiswa kerap dihadapkan pada berbagai pilihan, mulai dari ajakan hangout, nongkrong sepulang kuliah, hingga perjalanan mendadak di akhir pekan.

Prof. AGUS SARTONO

MBG Gagasan Besar dan Realita

Suara Akademisi Jumat, 3 Oktober 2025

Oleh: Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A.
Guru Besar Departemen Manajemen FEB UGM
Deputi Bidang Pendidikan dan Agama, Kemenko Kesra/PMK RI 2010-2014

Makan Bergizi Gratis atau MBG sejatinya merupakan ide yang bagus, belajar dari pengalaman di negara maju.

Novat Pugo Sambodo

Dosen FEB UGM Soroti Dampak Ekonomi Konsumsi MBDK

Berita Rabu, 1 Oktober 2025

Konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) bukan hanya ancaman bagi kesehatan, tetapi juga menjadi beban ekonomi negara. Dari risiko obesitas hingga lonjakan biaya layanan kesehatan, dampaknya meluas hingga membebani anggaran negara. 

Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi FEB UGM, Novat Pugo Sambodo, S.E., MIDEC., mengungkapkan bahwa meskipun minuman berpemanis bisa saja dilepas ke pasar tanpa intervensi pemerintah, risikonya jauh lebih besar daripada yang dibayangkan.

Ahmad Zaki

Tantangan dan Peluang ESG Assurance dalam Audit Laporan Keberlanjutan

Berita Rabu, 1 Oktober 2025

Isu Environmental, Social, and Governance (ESG) semakin menjadi perhatian penting di dunia bisnis. Perusahaan tidak hanya dituntut menyajikan laporan keuangan yang andal, tetapi juga melaporkan upaya keberlanjutan mereka.

Berita Terkini

  • Dampak People Pleaser terhadap Kesehatan Mental
    3 Oktober, 2025
  • MBG Gagasan Besar dan Realita
    3 Oktober, 2025
  • Dosen FEB UGM Soroti Dampak Ekonomi Konsumsi MBDK
    1 Oktober, 2025
  • Tantangan dan Peluang ESG Assurance dalam Audit Laporan Keberlanjutan
    1 Oktober, 2025
  • Tips Menjaga Kesehatan Mental Bagi Mahasiswa
    30 September, 2025
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Peta & Arah
Informasi Kontak Selengkapnya

Direktori Fakultas

  • Informasi Publik
  • Manajemen Ruang
  • Manajemen Aset
  • Manajemen Makam

Mahasiswa

  • Komunitas Mahasiswa
  • Layanan Mahasiswa
  • Asrama Mahasiswa
  • Pengembangan Karir
  • Paparan Internasional
  • Beasiswa
  • Magang

Alumni

  • Komunitas Alumni
  • Layanan Alumni
  • Pelacakan Studi
  • Pekerjaan & Magang
  • Beasiswa

Social Media

© 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Kebijakan PrivasiPeta Situs

💬 Butuh bantuan?
1
FEB UGM Official WhatsApp
Halo 👋
Bisakah kami membantu Anda?
Buka percakapan
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju