• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Identitas Visual
    • Ruang Berita
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Program Sarjana Internasional (IUP)
    • International Doctorate in Business (IDB)
    • Kalender Akademik
    • Ruang dan Kegiatan
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Makalah Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Stabilitas ekonomi dan politik sangat penting agar kebijakan industrialisasi di Indonesia dapat berhasil

  • Berita
  • 16 November 2020, 14.25
  • Oleh : Admin
MPPF 2020

Indonesia adalah salah satu negara yang terjebak dalam status berpenghasilan menengah, bahkan sejak tahun 1960-an. Hal itu disebabkan oleh kegagalan negara berpenghasilan menengah untuk memiliki pertumbuhan produktivitas tenaga kerja yang lebih cepat melalui inovasi teknologi dan peningkatan industri dibandingkan dengan negara berpenghasilan tinggi. Hal-hal seperti memprioritaskan penggunaan sumber daya yang terbatas, memfasilitasi inovasi teknologi, dan mendukung peningkatan industri dalam bentuk suatu kebijakan menjadi faktor yang sangat krusial bagi pemerintah negara berpenghasilan menengah untuk mengatasi masalah ini.

Oleh karena itu, Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) bekerja sama dengan Australian National University (ANU) Indonesia Project dan Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia pada hari Jumat (13/11) menyelenggarakan Kuliah Umum Bersama dengan tajuk “Kebijakan Industri untuk Keluar dari Perangkap Pendapatan Menengah: Pendekatan ekonomi struktural baru untuk Indonesia”. Kuliah umum ini merupakan gabungan seri tahunan Mubyarto Public Policy Forum yang telah diselenggarakan sejak tahun 2017 untuk menghormati Almarhum Profesor Mubyarto, Pakar Ekonomi Kerakyatan Indonesia dari Universitas Gadjah Mada dan Sadli Lecture yang sudah diselenggarakan sejak tahun 2007 untuk menghormati Almarhum Profesor Mohammad Sadli, salah satu arsitek ekonomi Orde Baru dari Universitas Indonesia. Keduanya, Profesor Sadli maupun Profesor Mubyarto adalah ekonom yang telah berkontribusi besar bagi Indonesia, khususnya pada debat intelektual tentang kebijakan pembangunan Indonesia. Narasumber pada kuliah umum ini adalah Prof. Justin Yifu Lin dari Peking University, dan dua orang pembahas yaitu Dr. Muhammad Edhie Purnawan selaku Dosen dari FEB UGM dan Dr. Kiki Verico selaku Dosen FEB UI.

Dr. Kiki Verico menyampaikan masalah penting dalam program industrialisasi Indonesia, yaitu tentang keunggulan komparatif di berbagai sektor, rendahnya investasi dan sumber daya manusia, dan bagaimana peran pasar dan pemerintah dalam beradaptasi dengan ekonomi digital.

“Pemerintah sedang menghadapi dilema antara manakah yang perlu didahulukan, perbaikan sumber daya manusia atau pengembangan industri dan investasi?”, papar Dr. Verico.

Sementara Dr. M. Edhie Purnawan fokus tentang upaya penanganan Middle Income Trap di Indonesia. Ia mengatakan bahwa Middle Income Trap terjadi karena negara menjual lebih banyak dan menjadi semakin kaya, kemudian terjadi peningkatan pembayaran upah sehingga berimbas pada peningkatan biaya penjualan barang.

“Oleh karena itu, mereka kehilangan keunggulan kompetitif dan terjebak sehingga tidak mampu menjual lebih banyak dan menjadi lebih kaya”, kata Dr. Edhie.

Dr. Edhie menyampaikan bahwa menguji Indonesia merupakan suatu hal yang konstruktif. Sebab, Indonesia adalah bagian dari negara ekonomi berkembang yang paling menonjol dalam menentang kecenderungan Middle Income Trap. Ia menawarkan solusi agar lebih banyak industri yang bertransformasi digital, tidak online di kota, tetapi menuju desa yang menciptakan lebih banyak nilai pasar. Kemudian perlu juga untuk membangun Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sebagai Koridor Ekonomi Baru untuk memperkenalkan kota-kota baru.

Dr. Edhie mengatakan bahwa masalah stabilitas ekonomi dan stabilitas politik merupakan faktor yang perlu diperhatikan agar kebijakan industrialisasi di Indonesia dapat berhasil.

“Meskipun Middle Income Trap sulit untuk dilawan, bukan berarti tidak mungkin, dengan kita fokus pada human capital industri, dan peningkatan frontier technology, Middle Income Trap akan dapat diatasi lebih cepat”, papar Dr. Edhie.

Prof. Justin Yifu Lin menyampaikan bahwa kondisi Indonesia telah terperangkap dalam tingkat pendapatan menengah (middle income) sejak tahun 1960-an. Ia menampilkan data Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia pada awal 1960 yang hampir mirip dengan kelompok menengah bawah. Berdasarkan data tersebut, secara perlahan PDB per kapita Indonesia terbukti berhasil meningkat hingga pada tahun 1990-an mencapai 80% sampai 100% dari PDB per kapita rata-rata negara-negara berpendapatan menengah. Pada tahun 1997-1998, sesaat sebelum Krisis Keuangan melanda negara-negara di Asia, PDB per kapita Indonesia sedikit meningkat kembali (di atas 100%) dari rata-rata negara kelas menengah. Namun, sejak saat itu pula Indonesia seperti terperangkap di tingkat menengah bawah. Prof. Lin menyampaikan bahwa terdapat negara lain yang pada awal 1960-an memiliki situasi mirip dengan Indonesia, di antaranya seperti China, Korea, Malaysia, dan Singapura, dan saat ini mereka telah berhasil keluar dari kelompok menengah.

Ia menyampaikan solusi untuk menangani hal ini, yaitu dengan membuat perspektif pendekatan ekonomi struktural baru tentang alasan jebakan ekonomi dan cara menghindarinya dengan beberapa implikasinya bagi Indonesia. Pemberian predikat ‘baru’ adalah untuk membedakannya dengan pendekatan struktural ‘lama’ yang diterapkan setelah Perang Dunia II, yaitu pengembangan modal dan teknologi untuk meningkatkan produktivitas pekerja.

Ia mengatakan bahwa ada enam langkah praktis yang dapat diterapkan, salah satunya adalah penguatan zona industri atau industrial parks. Langkah lainnya, yaitu memberikan insentif berupa subsidi, fasilitas pajak dan kredit, serta fasilitas untuk memperoleh mata uang asing bagi perusahaan pionir. Pendekatan baru ini menurutnya lebih realistis, sebab tidak ada negara yang berhasil keluar dari status pendapatan menengah tanpa diimbangi dengan kebijakan industri yang kuat. Salah satu kuncinya adalah menargetkan kebijakan industri pada sektor di mana negara memiliki sumber daya yang melimpah. Indonesia sendiri memiliki dua sumber daya melimpah, yaitu sumber daya alam dan sumber daya manusia.

“Implikasinya, pemerintah Indonesia perlu berperan sebagai fasilitator dalam pasar yang efektif untuk memungkinkan inovasi teknologi dan peningkatan industri”, kata Lin.

“Indonesia juga harus mampu mempertahankan 7% atau lebih tingkat pertumbuhan setiap tahun selama 20 tahun dan menjadi negara berpenghasilan tinggi dengan dukungan kebijakan industri untuk meningkatkan diversifikasi industri negara”, tutupnya.

Sumber: Sony Budiarso/Leila Chanifah Zuhri

Views: 2,458

Related Posts

IUP Parents Meeting FEB UGM

Perkenalkan Program Mobilitas Internasional, FEB UGM Gelar IUP Parents Meeting 2025

Berita Senin, 27 Oktober 2025

Dalam rangka memperkenalkan mobilitas internasional untuk mahasiswa International Undergraduate Program (IUP), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) melalui Unit Global Relations and Mobility Office (GREAT) menyelenggarakan IUP Parents Meeting pada Sabtu (18/10/2025) di Ruang Alumni Corner, FEB UGM.

ACCA

Calon Akuntan Harus Adaptif di Tengah Transformasi Global

Berita Senin, 27 Oktober 2025

Perkembangan teknologi membawa perubahan pada lanskap kehidupan, termasuk masa depan profesi akuntan. Kehadiran kecerdasan buatan (AI) hingga meningkatnya fragmentasi geoekonomi menjadi sinyal bagi calon akuntan untuk segera beradaptasi di tengah dinamika global yang semakin kompleks.

Hal tersebut disampaikan oleh Business Relationship Manager Association of Chartered Certified Accountants (ACCA) Indonesia, Afif Alfarizi dalam ACCA University Info Session 2025 di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM), Kamis (23/10/2025) di Auditorium Gedung Pusat Pembelajaran FEB UGM.

Fajar Munichputranto

Kisah Fajar Munichputranto, Mahasiswa Double Degree MBA FEB UGM Penerima Beasiswa LPDP

Berita Jumat, 24 Oktober 2025

Tidak semua orang berani meninggalkan zona nyaman demi mengejar panggilan baru. Fajar Munichputranto, mahasiswa Program Magister Manajemen FEB UGM sekaligus penerima Beasiswa LPDP, memilih langkah itu.

Mubyarto Public Policy Forum 2025

FEB UGM dan ANU Gelar Forum Kebijakan Publik Mubyarto, Soroti Reformasi Kesejahteraan di Indonesia

Berita Jumat, 24 Oktober 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) bekerja sama dengan Australian National University (ANU) kembali menyelenggarakan Mubyarto Public Policy Forum 2025 yang berlangsung  pada Jumat (24/10/2025) di Function Hall, lantai 8 Gedung Learning Center FEB UGM.

Berita Terkini

  • Perkenalkan Program Mobilitas Internasional, FEB UGM Gelar IUP Parents Meeting 2025
    27 Oktober, 2025
  • Calon Akuntan Harus Adaptif di Tengah Transformasi Global
    27 Oktober, 2025
  • Kisah Fajar Munichputranto, Mahasiswa Double Degree MBA FEB UGM Penerima Beasiswa LPDP
    24 Oktober, 2025
  • FEB UGM dan ANU Gelar Forum Kebijakan Publik Mubyarto, Soroti Reformasi Kesejahteraan di Indonesia
    24 Oktober, 2025
  • FEB UGM Melakukan Program Menabung Air Untuk Dukung Keberlanjutan
    24 Oktober, 2025
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Peta & Arah
Informasi Kontak Selengkapnya

Direktori Fakultas

  • Informasi Publik
  • Manajemen Ruang
  • Manajemen Aset
  • Manajemen Makam

Mahasiswa

  • Komunitas Mahasiswa
  • Layanan Mahasiswa
  • Asrama Mahasiswa
  • Pengembangan Karir
  • Paparan Internasional
  • Beasiswa
  • Magang

Alumni

  • Komunitas Alumni
  • Layanan Alumni
  • Pelacakan Studi
  • Pekerjaan & Magang
  • Beasiswa

Social Media

© 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Kebijakan PrivasiPeta Situs

💬 Butuh bantuan?
1
FEB UGM Official WhatsApp
Halo 👋
Bisakah kami membantu Anda?
Buka percakapan
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju