Ketersediaan vaksin di Indonesia sudah memadai, namun ketersediaan sarana prasarana cold chain masih mengalami kendala
- Detail
- Ditulis oleh Zahra
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4600
Pandemi Covid-19 di Indonesia yang telah berlangsung sejak tahun 2020 memberikan dampak ke seluruh bidang kehidupan, baik bidang kesehatan maupun bidang ekonomi. Namun, ditemukannya vaksin Covid-19 memberikan harapan bagi seluruh masyarakat di dunia termasuk Indonesia. Hal tersebut membuat vaksin Covid-19 menjadi barang yang bernilai berharga dan paling dicari oleh seluruh dunia. Dengan demikian, adanya manajemen logistik dalam penyaluran vaksin perlu diperhatikan guna menjaga mutu dan kualitas vaksin tersebut. Maka dari itu, Bidang Kajian Manajemen Logistik dan Rantai Pasokan (MLRP), Laboratorium Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM mengangkat topik "Indonesia's COVID-19 Vaccine Logistics Evaluation" pada webinar MLRP 2021 Research Exposure yang kedua pada Kamis (23/12) untuk menelisik lebih jauh tentang manajemen logistik vaksin Covid-19 di Indonesia.
Acara tersebut mengundang Yuyun Yuniar, S.Si., MA., peneliti kelompok kefarmasian dan alat kesehatan, Puslitbang Sumber Daya dan Pelayanan Kesehatan, Badan Litbang Kesehatan Kemenkes RI, sebagai pembicara untuk menjelaskan manajemen logistik vaksin Covid-19 di Indonesia dan dipandu oleh Drs. Agastya, M.B.A., dosen Departemen Manajemen FEB UGM sebagai moderator serta Tria Putri Noviasari, M.Sc. sebagai MC.
Yuyun memaparkan sistem distribusi vaksin Covid-19 di Indonesia dimulai dari Biofarma yang menyalurkan vaksin kepada dinas kesehatan provinsi atau HUB yaitu pihak ke-3 atau distributor yang mempunyai tempat penyimpanan yang memadai, lalu kembali disalurkan kepada dinas kesehatan kabupaten atau kota dan kemudian disalurkan menuju fasilitas pelayanan kesehatan yaitu rumah sakit atau puskesmas.
Untuk memperoleh data informasi logistik vaksin Covid-19 di Indonesia, Yuyun telah mengumpulkan data baik berbentuk kualitatif, kuantitatif, ataupun observasi di lapangan. Ia menjelaskan bahwa manajemen logistik vaksin Covid-19 di Indonesia memiliki beberapa keterbatasan. Pertama, adanya kerumitan data karena data yang ada mengalami pergerakan sehingga sulit menentukan cut off data logistik. Kedua, adanya jenis vaksin yang bervariasi, yang mana setiap vaksin memiliki dosis dan asal yang berbeda sehingga pendataan harus rinci dan lengkap. Ketiga, sistem pengisian data yang mandiri menyebabkan banyaknya data yang kosong dan sulit untuk mengkonfirmasi ulang data karena jumlahnya yang banyak. Keempat, adanya selang waktu antara pengumpulan data melalui FGD daring dan pengumpulan data luring.
Di akhir, ia juga menyebutkan bahwa ketersediaan vaksin di Indonesia sebenarnya memiliki jumlah yang memadai, namun ketersediaan sarana prasarana cold chain masih mengalami kendala di beberapa tempat, seperti ketersediaan refrigerator dan alat pemantau suhu yang masih kurang. Oleh karena itu, dengan adanya keterbatasan dan kendala tersebut, Yuyun merekomendasikan beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut, seperti melanjutkan upaya keterlibatan masyarakat dalam proses vaksinasi, lalu menyelesaikan permasalahan pencatatan laporan dan penyederhanaan jenis dan sistem informasi yang digunakan serta menyelesaikan kendala data NIK masyarakat. Selain itu, di masa mendatang, ia menyarankan perlunya menetapkan program vaksin yang mempertimbangkan hasil efektivitas vaksin serta sumber daya yang ada di dinas kesehatan maupun fasilitas pelayanan kesehatan di Indonesia.
Reportase: Zahra Dian