Mengkaji Efektivitas Fasilitas Logistik Kepabeanan di Indonesia
- Detail
- Ditulis oleh Kirana
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3070
Melihat pentingnya aspek ketahanan rantai pasokan dalam menghadapi disrupsi seperti pandemi Covid-19 dan mengelola kompleksitas rantai pasokan sebuah usaha, diseminasi pengetahuan terkait hal tersebut perlu dilakukan. Salah satu bentuk diseminasi pengetahuan yang dimaksud adalah diseminasi hasil riset yang dilakukan berkaitan dengan topik tersebut. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Bidang Kajian Manajemen Logistik dan Rantai Pasokan (MLRP), Laboratioum Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM merancang program diseminasi rutin tahunan bernama MLRP Impact. MLRP Impact tahun 2021 berjudul MLRP 2021 Research Exposure dan series ke-3 telah diselenggarakan pada Jum'at (14/01) dengan mengusung topik acara "the Effectiveness of Bonded Warehouse and Logistics Centre in Indonesia."
Pada seri yang ketiga ini, sebelum memaparkan hasil riset terkait topik acara, pertama-tama terdapat penyampaian materi oleh pembicara dari Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC), Untung Basuki, yakni seorang Direktur Fasilitas DJBC. Materi yang disampaikan berjudul "Pengukuran Efektivitas Kebijakan Insentif Fiskal." Beliau menjelaskan salah satu fungsi utama DJBC adalah memberikan fasilitasi terhadap dunia industri dan perdagangan guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Fasilitas yang diberikan dapat berupa fasilitasi insentif fiskal berbentuk kawasan berikat (bonded zone).
Selanjutnya, Untung Basuki menjelaskan tujuan pemberian fasilitas kepabeanan diantaranya adalah untuk menarik investasi, meningkatkan ekspor, efisiensi biaya produksi, dan efisiensi biaya logistik. Demi memastikan insentif berjalan secara efektif dan output yang diharapkan dapat tercapai, terdapat kerangka kerja grand desain untuk mengevaluasi proses pelaksanaan insentif fiskal tersebut. Berdasarkan pemaparannya, sistem evaluasi (monitoring) ini perlu dilakukan dengan mengoptimalisasikan sinergi serta kolaborasi Kementerian Keuangan dengan para peneliti dari Institusi Akademik.
Salah satu bentuk kolaborasi guna mengevaluasi kinerja fasilitas kepabeanan dilaksanakan melibatkan DJBC dan Tim Penasehat Penelitian MLRP FEB UGM. Hasil riset tersebut kemudian disampaikan oleh Kusdhianto Setiawan, Ph.D., dalam presentasinya berjudul "Evaluasi Efektivitas Fasilitas Kepabeanan di Sektor Logistik (Gudang Berikat dan Pusat Logistik Berikat)." Beliau menjelaskan bahwa biaya logistik Indonesia terbilang tinggi dibandingkan negara-negara lain, apalagi diperparah dengan terjadinya pandemi Covid-19. Maka dari itu, pemerintah Indonesia berupaya untuk meningkatkan keefektifan biaya logistik dan transportasi dengan mewujudkan kawasan berikat berupa gudang berikat (bonded warehouse) dan pusat logistik berikat (bonded logistic centre).
Berdasarkan pemaparan Kusdhianto, riset dilakukan bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas gudang berikat serta pusat logistik berikat yang pertama kali dilakukan untuk periode pengukuran 2019-2020. Riset ini diantaranya akan menjawab beberapa pertanyaan seperti bagaimana pengaruh fasilitas tersebut terhadap kinerja perusahaan maupun efisiensi impor perusahaan. Metode pelaksanaan riset melibatkan 163 responden gudang berikat dan 122 responden pusat logistik berikat melalui serangkaian wawancara serta kuesioner.
Kusdhianto pun menunjukkan hasil survei dari 70% responden yang menyatakan setuju atas seluruh kebijakan kawasan berikat yang berlaku, sehingga pelaksanaan kebijakan tersebut masih diperlukan dan perlu dipertahankan. Secara umum, implementasi kawasan berikat sudah berjalan dengan baik, tetapi tetap perlu dilakukan analisis terkait kendala dan solusi bagi perusahaan yang mengalami kendala. Selain itu, perusahaan yang menerapkan fasilitas gudang berikat dan pusat logistik berikat ini juga terbukti meningkat efisiensi impornya serta memiliki kemampuan pemulihan atas dampak pandemi Covid-19 lima kali lebih cepat dibanding perusahaan lain.
Reportase: Kirana Lalita Pristy.