Pentingnya work-life balance untuk kehidupan yang lebih baik
- Detail
- Ditulis oleh Merisa
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2556
Pada Rabu (26/10) Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM menyelenggaralan kegiatan pengembangan sumber daya manusia untuk sivitas akademika FEB UGM. Kegiatan ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meetings dengan mengangkat tema "Finding Work-Life Balance." Acara ini diselenggarakan dengan tujuan agar sivitas akademika dapat memanajemen kegiatannya menjadi seimbang.
Acara dimulai dengan kata sambutan yang diberikan oleh Kepala Kantor Administrasi FEB UGM, Agus Ridwan S.E. M.M., sekaligus menjadi pembuka acara webinar tersebut. Pembicara pada seminar ini ialah Edilburga Wulan Saptandari, M.Psi., Ph.D, Psikolog yang akrab disapa Yayi selaku Dosen Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada. Yayi memulai sharing session dengan melemparkan pertanyaan kepada peserta untuk mengukur keseimbangan hidup mereka. Dalam pemaparannya, Yayi menjelaskan bahwa Work-life balance merupakan kata yang digunakann di akhir 1970 untuk menggambarkan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi seseorang. Hal tersebut bisa tercapai jika hak seseorang untuk memiliki kehidupan personal diterima dan dihargai oleh perusahaan dan masyarakat.
Yayi juga menjelaskan bahwa hidup yang seimbang bukan sekedar menyeimbangkan perihal pekerjaan dan keluarga. Akan tetapi, bagaimana kita dapat memeroleh pencapaian dan juga menikmati kehidupan? Keseimbangan hidup tersebut mencakup pekerjaan, keluarga, diri sendiri, maupun kehidupan sosial. Ia juga menjelaskan mitos mengenai work-life balance yang dipersepsikan tidak mungkin tercapai karena kita tidak bisa memilih hal tersebut.
Padahal, menurut Yayi work-life balance sangat bermanfaat untuk mengurangi stress dan kemungkingan untuk mengalami burnout. Karyawan yang stress atau tertekan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mengalami depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan fisik seperti hipertensi, diabetes, gangguan jantung, dan lainnya. Karyawan yang mengalami work-life balance akan lebih termotivasi, produktif, dan efisien dalam bekerja sehingga dapat berhasil mencapai tujuan atau target. Yayi menjelaskan bahwa terdapat beberapa kondisi yang menciptakan tekanan yang melibatkan beban berlebihan sehingga kurang istirahat. Seperti manajemen yang kurang baik akibat karyawan yang tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan sehingga tidak adanya jaminan keberlanjutan kerja.
Yayi juga menjelaskan bahwa terdapat identifikasi sumber stress. Penyebabnya bisa dari pekerjaan karena jumlah tugas dan deadline, hubungan dengan atasan, rekan kerja, bawahan, politik kantor, hingga perubahan peran. Lalu, ada juga yang berasal dari luar pekerjaan, yaitu hubungan dengan pasangan maupun anak, masalah finansial, dan terlalu banyak komitmen serta peran. Oleh sebab itu, terdapat beberapa cara untuk menciptakan work-life balance yaitu dengan menetapkan jadwal kegiatan agar lebih tersusun, mengembangkan komunikasi, menetapkan rutinitas, tahu kapan berhenti, memelihara interaksi sosial, dan mengambil waktu jeda.
Reportase: Merisa Anggraini