Mengenal Lebih Dekat Komunitas Karawitan Sekar Laras FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 17
Bagi komunitas karawitan Sekar Laras, memainkan gamelan bukan hanya sekedar bermusik. Komunitas ini memiliki komitmen kuat untuk andil dalam upaya melestarikan dan menjaga warisan budaya nusantara, khususnya Jawa.
Komunitas ini pertama kali didirikan pada tahun 2008 berkat inisiatif beberapa staf profesional dan dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM yang memiliki ketertarikan terhadap kesenian tradisional Jawa, terutama karawitan atau gamelan. Awalnya, komunitas ini diinisiasi untuk mewadahi minat para staf dan dosen yang memiliki hobi memainkan gamelan. Seiring berjalannya waktu, minat menekuni gamelan di lingkungan FEB UGM semakin besar membuat Sekar Laras kian berkembang, bahkan melibatkan Dharma Wanita dan anggota civitas akademika lainnya.
Koordinator Karawitan Sekar Laras, Dwi Susanto menceritakan awal perjalanan komunitas. Kala itu FEB UGM memang belum memiliki perangkat gamelan sendiri. Latihan perdana pun dilakukan di Balai Budaya Minomartani, Sleman. “Sebelum akhirnya FEB UGM memiliki perangkat gamelan sendiri, kami melakukan latihan setiap hari Minggu selama dua jam dengan Bapak Sukisno sebagai pelatih,” jelasnya dalam episode YouTube Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Sisi Lain Kampus: Sekar Laras FEB UGM.
Sekar Laras semakin berkembang seiring dengan dukungan Dekan FEB UGM kala itu, Prof. Marwan Asri, M.B.A., Ph.D yang memfasilitasi pemberian gamelan kepada FEB UGM pada tahun 2009. Sejak saat itu, latihan karawitan dilakukan di area fakultas sehingga memberikan kesempatan lebih besar bagi anggota komunitas untuk berkegiatan dan berlatih lebih intensif. “Harapannya kedepan komunitas karawitan ini bisa diikuti oleh lebih banyak civitas akademika mulai dari dosen, staf profesional, dan mahasiswa dan nguri-uri (melestarikan) kebudayaan bersama,” harapnya.
Keberadaan komunitas Sekar Laras tidak hanya menjadi wadah untuk melestarikan warisan budaya nusantara, tetapi juga mempererat dan mempersatukan anggota lintas generasi. Murtono, salah satu anggota Sekar Laras yang sudah purna tugas dari FEB UGM mengungkapkan merasa bahagia selama bergabung dalam komunita sini. “Sejak saya menjadi karyawan aktif hingga purna mereka tetap menerima saya untuk bergabung. Hal ini sangat menyenangkan bagi saya seorang pensiunan bisa berkegiatan seperti ini untuk menjalin silaturahmi dengan teman-teman FEB,” ungkap Murtono.
Sementara Rita Didi Achjari, anggota Sekar Laras sekaligus Ketua Dharma Wanita FEB UGM mengungkapkan mengikuti Sekar Laras merupakan cara untuk kembali berinteraksi dengan seni tradisional karawitan yang sudah dikenalnya sejak kecil. “Saya kembali memegang saron. Senangnya adalah karena ini pas dengan alat musik yang saya pegang ketika waktu kecil tetapi tantangannya adalah bunyi yang harus dimainkan adalah dengan angka-angka yang unik,” jelasnya.
Komunitas ini tidak hanya aktif dalam latihan rutin, tetapi kerap tampil di berbagai acara penting di lingkungan UGM seperti wisuda, Dies Natalis FEB UGM, hingga festival karawitan lintas fakultas. “Pada saat festival karawitan di Fakultas Filsafat 2024, kami mengeluarkan tari edan-edanan. Para pemain dan pengrawitnya semua dihias dengan make up wajah yang senasional dan lucu,” jelasnya.
Tak lengkap rasanya membicarakan perjalanan Sekar Laras tanpa mengenal Dandun Witono, pelatih yang telah setia mengajari anggotanya selama bertahun-tahun. Dandun, yang awalnya diminta untuk mengajar di Sekar Laras oleh Dekan FEB UGM periode 2016-2021, Prof. Eko Suwardi, mengaku merasa terhormat bisa berkontribusi dalam melestarikan budaya Jawa melalui gamelan. “Kebetulan dekan masa itu Pak Eko Suwardi memiliki gamelan dan saya diminta untuk mengajar di area perumahannya. Tiba-tiba, saya mendapatkan tawaran untuk mengajar di Sekar Laras FEB UGM,” kenangnya.
Dandun menyampaikan para anggota Sekar Laras tidak hanya dilatih memainkan gamelan dengan lagu klasik saja. Ia juga mengenalkan lagu-lagu konvensional dan lagu lama melalui gamelan ini.
Untuk mendukung kemajuan Sekar Laras, Dandun berharap kedepan FEB UGM dapat melengkapi koleksi gamelan dengan perangkat bernada slendro untuk mendukung keberagaman latihan sebab saat ini hanya memiliki gamelan pelog. Selain itu, ia juga berharap rutinitas komunitas ini tetap terjaga dan hubungan kekeluargaan antaranggota semakin erat. “Meski sering kali terjadi dinamika seperti pergantian anggota akibat pensiun atau perpindahan tugas, dinamika tersebut adalah bagian dari keharmonisan yang memperkuat keberlanjutan komunitas ini sebagai wadah melestarikan budaya Jawa,” tutupnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals