- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2724
Korupsi Tidak lagi Sistemik Sistem penanganan korupsi maupun UU Tipikor (Tindak Pidana Korupsi) di Indonesia tidak rasional sehingga sama sekali tidak membuat efek jera bagi koruptor. Bahkan terlihat konyol manakala dalam UU Tipikor justru tersirat mengajak orang melakukan korupsi.
Ketentuan di dalam UU Tipikor menyebutkan, hakim hanya bisa memvonis denda kepada koruptor maksimal Rp 1 miliar. "Dengan begitu kalau mau untung korupsilah di Indonesia. Ketentuan denda maksimal seperti itu, jelas membuat orang akan senang melakukan korupsi di Indonesia dengan jumlah besar karena pasti akan untung," ujar ekonom UGM, Rimawan Pradiptya PhD, di sela seminar ekonomika dan bisnis keperilakuan, di kampus FEB UGM, Kamis (22/9).
Dengan sistem dan undang-undang yang tak rasional, imbuh dosen FEB UGM, jangan harap orang-orang atau masyarakat juga akan bertindak rasional. "Karenanya diperlukan perombakan besar-besaran hingga ke cara berpikir jika kita ingin membenahi sistem perekonomian maupun ingin menghilangkan korupsi di negeri ini," katanya.
Akibat tindak pidana korupsi, katanya lagi, negara harus menanggung kerugian sebesar Rp 73,07 triliun sejak 2001 hingga 2009. Dari kerugian negara sebanyak itu, potensi yang bisa dikembalikan hanya Rp 5,32 triliun. "Artinya para pembayar pajak yang taat maupun masyarakat pada umumnya harus menangggung kerugian sebesar Rp 67,75 triliun yang tak mungkin kembali," papar Rimawan.
Revisi UU Tipikor inipun terlihat makin konyol manakala penggelapan uang negara tidak melebihi 25 juta rupiah, bukan sebagai tindak pidana korupsi. Pada versi UU sebelumnya batasan tersebut tidak melebihi Rp 5 juta. "Orang pun pasti akan berpikir bisa mencuri-curi uang negara. Ini bukti kebobrokan sistem perekonomian di Indonesia, yang tak lagi sistemik melainkan sudah struktural. Bahkan maraknya korupsi bukan lagi sebagai kecelakaan tapi sudah by design," tandasnya.
Sementara itu, Wakil Direktur Bidang Akademik Program MSi-Doktor FEB UGM, Dr. Arti Adji mengemukakan dengan kondisi perekonomian seperti ini teori-teori ekonomi konvensional tak lagi bisa menjawab permasalahan. Diperlukan kajian ekonomis di Indoneesia memakai analisis behavioral economics atau ekonomi keperilakuan dibanding teori-teori ekonomi Barat yang kurang sesuai. "Artinya, dengan perilaku masyarakat Indonesia seperti sekarang ini, akan lebih tepat jika dianalisis menggunakan behavioral economics," tambahnya.
Sumber: Agung/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2963
Ekonomi Dunia Tak Pasti, Industri Berbasis Lokal Jadi Tulang Punggung Ketahanan Ekonomi Nasional YOGYAKARTA-Ketidakpastian perekonomian dan keuangan yang terjadi saat ini dan kedepan menimbulkan sejumlah risiko dan tantangan bagi stabilitas perekonomian domestik. Dalam kaitan ini, kerjasama lintas otoritas atau antar negara di kawasan regional maupun internasional sangat diperlukan untuk mengawal stabilitas moneter dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan masing-masing negara.
Hal tersebut ditegaskan oleh Deputi Gubernur Bank Indonesia, Ardhayadi Mitroatmodjo, M.A., saat mengisi kuliah umum mahasiswa Program Pendidikan Profesi Akuntansi, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya (FIB) UGM, Kamis (22/9). Acara dipandu oleh Ketua Pengelola Program Pendidikan Profesi Akuntansi FEB UGM, Drs. Sugiarto, M.Acc., MBA.,Ak.
Sejalan dengan kondisi itu Bank Indonesia, kata Ardhayadi, mengambil respon suku bunga serta bauran kebijakan moneter dan makroprudensial lainnya untuk memitigasi risiko tersebut dengan tetap mengutamakan pencapaian sasaran inflasi, yaitu 5%+% pada 2011 dan 4,5%+1% pada 2012.
“Untuk itu, diperlukan sinergi antara pemerintah, BI, dunia usaha, perbankan, akademisi dan seluruh aspek masyarakat untuk mengubah tantangan menjadi peluang, sehingga terwujud pembangunan ekonomi berkelanjutan menuju kesejahteraan masyarakat,”kata Ardhayadi.
Dalam acara itu Ardhayadi menjelaskan di tengah kondisi prospek ekonomi dunia yang memburuk, justru kinerja perekonomian domestik menunjukkan ketahanan yang baik. BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi di tahun 2011 dan 2012 masing-masing akan mencapai 6,6% dan 6,7% didukung oleh kinerja ekspor dan investasi yang tumbuh tinggi.
“Tapi pertumbuhan ekonomi tahun 2012 punya potensi lebih rendah dari proyeksi tersebut. Pertumbuhan ekonomi, volume perdagangan, dan harga komoditas dunia paska penurunan rating AS diperkirakan akan melambat, sehingga akan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia yang lebih rendah,”paparnya.
Di tengah kondisi perekonomian yang dihadapkan berbagai risiko global maupun domestik, Ardhayadi menilai pemulihan ekonomi global yang tidak berimbang, persistensi krisis utang di kawasan peripheral Eropa, dan gejala pemanasan ekonomi di negara-negara emerging market, tetap berisiko menyebabkan pasar keuangan global bergejolak. Dinamika pasar keuangan global tersebut akan berpengaruh cepat ke perekonomian domestik, karena cukup terbukanya pasar keuangan kita.
Dari paparannya, Ardhayadi mengatakan adanya beberapa tantangan. Beberapa tantangan tersebut, yaitu bagaimana agar sistem keuangan domestik dapat diperkuat, mentransformasikan ekonomi Indonesia menjadi ekonomi yang lebih berdaya tahan, serta mengarahkan inflasi ke tingkat yang rendah dan stabil sesuai target yang ditetapkan. Dalam menjawab beberapa tantangan itu, BI dituntut berperan lebih baik dalam merumuskan kebijakan dan strategi untuk menjaga kestabilan moneter dan sistem keuangan nasional.
“Di sisi lain tantangan pemerintah selaku otoritas fiskal dan sektor riil juga semakin kompleks. Untuk itu, koordinasi otoritas moneter dan pemerintah menjadi semakin penting,”urai sarjana akuntansi UGM tahun 1976 itu.
Untuk mempertahankan dan meningkatkan daya saing global, pemerintah selaku otoritas fiskal dan sektor riil perlu mengambil langkah-langkah strategis melalui kebijakan dan regulasi untuk mendorong pertumbuhan sektor-sektor industri unggulan dan sektor lainnya yang merupakan advantage perekonomian nasional seperti sektor kehutanan, perikanan, perkebunan, dan pertambangan.
Industri berbasis lokal tersebut, imbuh Ardhayadi, akan mampu menjadi tulang punggung ketahanan dan perekonomian nasional di era globalisasi sekarang ini, karena akan memberikan kontribusi distribusi pendapatan yang berkeadilan bagi sebagian besar masyarakat.
Sumber: Satria/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 3492
Sampai saat ini, Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM terus berupaya untuk memperoleh akreditasi dari Association to Advance Collegiate School of Business (AACSB). Untuk mencapai akreditasi tersebut, salah satu yang harus dilakukan ialah mengimplementasikan learning goals. Learning goals umum yang telah disusun untuk program S-1 dan S-2 adalah communication skills, team work, dan ethics.
Menurut Dekan FEB UGM, Prof. Dr. Marwan Asri, M.B.A., selain learning goals yang bersifat umum, masing-masing program studi juga telah merumuskan learning goals spesifik. “Adapun learning goals untuk program doktor adalah menjadikan alumni program doktor kita sebagai peneliti yang berkualitas dan independen,” kata Marwan saat menyampaikan Pidato Dekan dalam rangka Dies Natalis ke-56 FEB UGM di Ruang Sidang FEB, Senin (19/09).
Marwan menambahkan jumlah mahasiswa program S-1 (termasuk International Undergraduate Program-IUP) sebesar 2.469 mahasiswa (42%). Untuk program pascasarjana, mahasiswa terbanyak adalah mahasiswa Program Magister Manajemen, 2.190 mahasiswa (38%). Dari komposisi ini, terlihat bahwa jumlah total mahasiswa aktif pascasarjana di FEB UGM lebih besar dibandingkan dengan jumlah mahasiswa aktif Program S-1 (reguler, internasional, dan swadaya).
Dengan jumlah dosen tetap yang hanya 139 orang dan jumlah mahasiswa mencapai 5.821 orang, rasio dosen tetap/mahasiswa menjadi 1:42. Karena itu, bantuan dosen tidak tetap, baik dari lingkungan UGM maupun non-UGM, sangat diperlukan terutama untuk program-program magister. “Hanya saja, supaya ada goal congruence dengan proses pengajuan akreditasi AACSB, diharapkan kepada pengelola prodi dalam memilih dosen dari luar FEB atau luar UGM agar memilih mereka yang mempunyai kualifikasi akademik sesuai dengan kriteria yang kita miliki,” tutur Marwan.
IUP dalam pandangan Marwan merupakan strategic business unit yang harus dikelola dengan serius. IUP merupakan salah satu 'kendaraan' yang strategis untuk digunakan mencapai visi FEB menjadi pemain global. Dengan melihat semakin strategisnya peran IUP dan semakin pesatnya pertumbuhan IUP, akreditasi dari AACSB adalah sebuah keniscayaan yang harus dicapai. “Saya yakin, salah satu sebab semakin banyaknya universitas di luar negeri yang mengajak bekerja sama adalah karena mereka tahu bahwa kita mempunyai learning goals yang jelas dan sedang dalam proses akreditasi AACSB,” tambahnya.
Hanya saja, diakui Marwan Asri, terkait dengan penyelenggaraan program internasional tersebut, masih dijumpai beberapa masalah yang sering dikeluhkan oleh mahasiswa asing yang belajar di program internasional itu. Masalah yang dimaksud berkaitan dengan penggantian jadwal. “Sebenarnya ini juga berlaku untuk semua program studi, yaitu agar bapak dan ibu dosen dapat menepati jadwal yang sudah disusun dan tidak sering mengganti jadwal,” pesan Marwan.
Pada kesempatan itu, Marwan memberikan data peningkatan jumlah mahasiswa yang mendaftar program IUP pada tahun 2011, yakni mencapai 255 orang. Jumlah ini meningkat sekitar 61% daripada tahun 2010, yang jumlah pendaftarnya sebesar 158 orang. Dari jumlah pendaftar itu, pada 2011, program IUP FEB menerima sebanyak 76 orang. Dijelaskan Marwan, kerja sama dengan universitas di luar negeri juga meningkat.
Pada 2010/2011 lalu telah ditandangani kerja sama baru dengan 4 universitas di luar negeri, Saxion University of Applied Science dan Hanze University of Applied Science (Belanda), University of Victoria (Canada) dan Hochshule Osnabruck University of Applied Science (Jerman). “Selain itu, jumlah mahasiswa asing yang datang ke FEB UGM juga semakin banyak. Tahun 2011 ini ada 53 mahasiswa asing yang datang ke FEB untuk studi di program S-1 maupun Double Degree Program maupun student exchange,” imbuhnya.
Selain Pidato Dekan, pada puncak Dies Natalis ke-56 FEB tersebut juga diisi dengan Orasi Ilmiah oleh Prof. Dr. Zaki Baridwan, M.Sc berjudul 'Akuntansi dan Pelaporan Berkelanjutan' (Sustainability Accounting and Reporting) serta peluncuran buku Manajemen Perspektif.
Sumber: Satria/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2724
Masih sebagai rangkaian Dies Natalis ke 56, FEB UGM menggelar pagelaran musik-musik kreatif pada Sabtu malam, 17/9. Sesuai judulnya, acara ini menampilkan musisi-musisi kreatif yang terkenal di belantika musik tanah air maupun luar negeri, sebut saja Tohpati, Steve Thornton, Alsa, Kang Ade, dan Hendri Lamiry.
Acara dibuka oleh penampilan dari tim perkusi KESPER (Kelompok Studi Perkusi) Institut Seni Indonesia pada pukul 19.45 WIB. Permainan alat-alat perkusi yang saling menyahut ini langsung dilanjutkan dengan kolaborasi tim KESPER dengan Steve Thornton, Kang Ade dan kendangnya, serta Alsa dan tabuhan drumnya.
Musisi-musisi lainnya bergantian naik ke panggung dan unjuk kebolehan. Hendri Lamiry, seorang violist terkenal di Indonesia, membawakan satu lagu solo yang dilanjutkan dengan kolaborasi bersama Kang Ade dan Steve Thornton. Sebagai puncak acara, Tohpati berduet dengan Steve Thornton dan saling menunjukkan keahlian masing-masing. Acara ditutup pada pukul 22.15 dengan lagu ciptaan Anggito Abimanyu yang dibawakan oleh semua pengisi acara malam tersebut dan juga Anggito Abimanyu.
Selain mengundang musisi-musisi terkenal, acara pagelaran musik-musik kreatif ini juga menampilkan anak-anak muda berbakat dari FEB, seperti keluarga paduan angklung, kelompok tari Saman, dan juga Hanif Digital Music. Tak ketinggalan, ada pula aksi freestyle basket dari Kingdom Freestyle Basket.
Sumber: Prima
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4061
Menyambut Dies Natalies yang ke-56, FEB UGM menyelenggarakan kegiatan Student Week yang berlangsung dari tanggal 12-18 September 2011. Salah satu kegiatan yang diselenggarakan adalah Cultural Event yang berlangsung hari Jumat, 16 September 2011 di Plaza FEB UGM. Kegiatan ini merupakan acara pertunjukan yang mementaskan karya seni dan kebudayaan dari tanah air dan beberapa negara lain. Turut hadir sebagai pementas adalah komunitas Saman dan Angklung FEB UGM, UKM Tari Bali UGM, dan juga pertunjukan jathilan dari daerah. Kegiatan ini juga diikuti oleh mahasiswa pertukaran pelajar dari Jepang, Korea, Perancis, Jerman, dan Norwegia yang mementaskan kebudayaan dari negara masing-masing.
Syaiful Arifin, ketua Panitia Kegiatan Student Week mengatakan, "Acara ini diselenggarakan untuk memeriahkan hari ulang tahun FEB UGM dan sebagai media untuk memperkenalkan berbagai kebudayaan tanah air dan juga mancanegara kepada mahasiswa baru dan juga mahasiswa pertukaran pelajar.” Di samping pertunjukan budaya, di hari yang sama juga dilangsungkan pameran dan open house unit pelayanan fakultas dan juga organisasi beserta komunitas mahasiswa. Mahasiswa asing pun turut berpatisipasi dengan membuka stand untuk memperkenalkan negara mereka, seperti bahasa, kebudayaan, dan juga makanan khas. Acara ini berjalan cukup sukses dan meriah. Salah satu mahasiswa asing dari Jepang, Sakana menuturkan, "Saya sangat menikmati kegiatan ini, kami menampilkan tari tradisional nelayan dari negara kami. Ini adalah pengalaman yang menyenangkan." Kegiatan Student Week ini akan dilanjutkan pada hari Sabtu, 17 September 2011 pukul 19.00 dengan agenda Pagelaran Musik Kreatif menghadirkan Tohpati dan musisi-musisi kenamaan lainnya dari domestic maupun mancanegara.
Suber: Rahmat
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 5173
Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM menyelenggarakan acara Forum Informasi dan Komunikasi Orang Tua Mahasiswa (FOKOMA) bagi orangtua mahasiswa baru yang diterima di Program Sarjana FEB UGM pada tahun akademik 2011/2012. Acara ini berlangsung pada hari ini (08/09) pukul 11.30 – 14.00 WIB di halaman plaza FEB UGM.
Acara yang dihadiri oleh sekitar 200 orang tua mahasiswa ini diselenggarakan dengan tujuan memberikan penjelasan mengenai peran FOKOMA terhadap peningkatan kualitas kegiatan kemahasiswaan di FEB UGM dan memperkenalkan kepada orangtua mahasiswa terhadap proses belajar mengajar serta kegiatan ekstakurikuler mahasiswa. Acara ini berlangsung santai dan meriah, dihadiri oleh Dekan FEB UGM yaitu Prof. Marwan Asri, MBA., Ph.D., segenap Wakil Dekan dan pengurus Fakultas, serta Ir. Sunjoto, Dip, selaku Ketua FOKOMA FEB UGM.
Sumber: Fris
Halaman 195 dari 217