Kuliah Daring Bukan Hanya tentang Nilai, tetapi juga Building Character dan Pembiasaan untuk Masa Depan
- Detail
- Ditulis oleh Sony
- Kategori: Sudut Dosen
- Dilihat: 11487
Aldiena Bunga Fadhila, S.E., M.Sc. atau yang kerap disapa Bu Bunga merupakan seorang Dosen FEB UGM dari Departemen Akuntansi. Dosen yang mengampu Mata Kuliah Akuntansi Perpajakan ini menempuh Pendidikan Magister di University of York, Inggris. Sebagai tenaga pendidik di FEB UGM, Bu Bunga telah berkontribusi pada dunia pendidikan melalui sejumlah publikasi. Dalam pembelajaran di kelas, Bu Bunga selalu menyusun pendekatan yang aplikatif untuk dapat diterapkan secara efektif dan kontinu, khususnya saat pembelajaran dengan metode daring seperti sekarang ini. Pada kesempatan kali ini, Bu Bunga berbincang dan berbagi pandangannya mengenai kegiatan belajar mengajar (kuliah) daring yang telah berlangsung selama ini.
Setelah kurang lebih dua semester menjalani kegiatan belajar mengajar secara daring, bagaimana kuliah daring menurut Bu Bunga? Apa yang Ibu rasakan?
Pada awalnya, saat pandemi baru mulai, memang penyesuaiannya cukup sulit karena baru pertama kali (mengajar) daring. Maka dari itu, banyak dosen yang juga terburu-buru untuk melakukan penyesuaian. Itu hal pertama, tetapi kemudian sekitar bulan ke-4 hingga di semester kedua ini, sepertinya saya mulai mendapat feel-nya, mulai bertemu ritmenya, dan sepertinya mahasiswa juga mulai bertemu ritmenya. Karena menjadi suatu keharusan di masa pandemi ini, saya merasa ini cara paling baik untuk bisa menyampaikan materi ke mahasiswa dan menurut saya hal ini secara tidak langsung juga memaksa mahasiswa untuk mengikuti student-centered learning yang sesungguhnya.
Di media sosial sering digaung-gaungkan, mahasiswa sering mengeluh bahwa kuliah daring kurang efektif (misalnya, kurang paham materi, dsb), menurut Bu Bunga apakah hal itu valid?
Iya, menurut saya, hal itu valid karena memang online learning itu butuh adaptasi, dan yang kedua, kalau langsung dicemplungin ke online learning yang pasti adalah it’s not for everyone. Apalagi dalam kondisi pandemi seperti saat ini, mahasiswa harus belajar daring, yang tadinya bisa (kuliah) bersama dengan teman dan saling tanya, jadi tidak bisa melakukan itu lagi, you’re really on your own. Kalaupun ingin bertanya dengan teman, itu juga susah dilakukan karena tidak bisa melakukan interaksi langsung. Jadi, saya rasa hal itu valid, yang dirasakan itu valid. Hanya saja, yang perlu diingat di sini adalah memang ini kondisi yang nggak normal, jangan terlalu berlarut di situ. Mahasiswa harus beradaptasi dan harus menyadari bahwa dirinya harus mulai belajar secara mandiri, yang berarti dengan kata lain, harus ganti cara belajar, cara berpikir, cara memandang sebuah masalah, dsb.
Selanjutnya, berbicara tentang tantangan, menurut Bu Bunga apa saja yang menjadi tantangan kuliah daring selama ini?
Kalau untuk mahasiswa, tantangannya jelas karena waktu jadi terbatas. Ada keterbatasan waktu dan juga keterbatasan interaksi. Jadi, tantangan terbesarnya adalah karena keterbatasan interaksi tersebut, komunikasi pun ikut terbatas. Hal itu sebenarnya bisa dijembatani, misalnya jika mahasiswa biasanya bertanya setelah selesai kelas, sekarang mahasiswa bisa mengirim email ke dosen untuk mengajukan pertanyaan. Tetapi, hal itu juga menjadi tantangan karena terkadang dosen setelah mengajar kelas daring kemudian ada rapat-rapat daring yang lain. Hal itu memang tantangan yang harus kita hadapi. Kemudian, tantangan lain yang harus dihadapi adalah kemandirian, berkaitan dengan effort, karena effort untuk kelas daring itu lebih besar. Selain itu, integritas juga menjadi persoalan karena ujian dilaksanakan sendiri-sendiri. Dosen tidak mengetahui apakah mahasiswa mengerjakan bersama-sama atau sembari membuka apa sehingga integritas itu hanya mahasiswa saja yang bisa meng-guard dirinya sendiri.
Kalau untuk dosen, tantangan kita sebenarnya berat sekali. Untuk (dosen) yang masih muda, masih gampang untuk beradaptasi pada teknologi, tetapi dosen yang lebih senior mungkin akan lebih kesulitan. Saya justru sangat mengapresiasi dosen-dosen yang senior karena banyak dari mereka yang tadinya benar-benar buta teknologi, sekarang sudah bisa menggunakan dan membicarakan tentang hal itu. Tantangan untuk dosen adalah mempelajari teknologi yang belum pernah kita lakukan sebelumnya. Kemudian yang kedua, kita juga berhadapan dengan keterbatasan komunikasi. Karena ya itu tadi, bagaimana caranya materi dari dosen bisa diberikan semua dan cara mengompensasi pertemuan daring dengan materi yang seperti apa, supaya pertemuan daring mirip dengan pertemuan luring. Memang sulit. Sebagai contoh, di akuntansi kita perlu mengajarkan tentang hitung-hitungan dan itu sulit sekali. Ada dosen yang kemudian berpikir untuk membeli tablet dan stylus. Challenge-nya, kita jadi harus punya gear yang updated juga.
Kalau untuk interaksi antara dosen dan mahasiswa sendiri, apakah menurut Bu Bunga pada saat daring ini kurang efektif?
Pengamatan saya, yang lucu adalah di awal masa pandemi, saya mengajar kelas daring kemudian pada waktu itu karena menggunakan Webex yang agak berat, jadi saya bilang untuk mematikan videonya, jika ingin bertanya bisa melalui chatbox saja. Dan saya pun kaget, karena ternyata banyak sekali yang bertanya, beda sekali dengan (kuliah) luring. Saya merasa agak lega juga. Mungkin pada saat luring ada rasa malu dan khawatir pertanyaannya tidak valid atau terkesan 'bodoh'. Tetapi, ketika daring dan diperbolehkan bertanya di chatbox, semua pertanyaan jadi keluar dan mahasiswa berani mengajukan pertanyaannya di situ. Untuk kelas saya, ada pertemuan yang diberi video pembelajaran, kemudian melakukan diskusi di Google Classroom, di situ juga banyak interaksi dan pertanyaan. Oleh karena itu, saya mempertahankan sistem yang agak asinkron tersebut untuk menarik para mahasiswa yang biasanya agak malu bertanya di forum yang besar.
Lantas, bagaimana kuliah daring yang efektif menurut Bu Bunga? Apa saja yang sudah Bu Bunga terapkan secara nyata untuk kelas Ibu sendiri?
Saat ini saya masih (melakukan) percobaan terus, ya. Jadi, sebelum mulai merancang perkuliahan di semester yang kemarin ini, saya sempat ikut beberapa seminar yang dilakukan oleh Harvard Business School (HBS). Salah satu cara yang efektif menurut HBS adalah ketika kita virtual meeting, mahasiswa saja yang disuruh bicara banyak. Kemudian, saya coba lakukan dan memang dengan cara seperti itu lebih efektif (dalam hal menyampaikan materi dan mahasiswa memahaminya), daripada saya memberi materi dan bicara banyak dengan pemberian waktu yang sedikit untuk sesi bertanya. Jadi, what I did, yaitu biasanya saya memberikan video pembelajaran terlebih dahulu, kemudian saat pertemuan daring akan diisi full presentasi oleh mahasiswa dan dilanjutkan sesi tanya jawab, serta diskusi materi. Menurut saya, hal itu efektif. Untuk beberapa materi yang relatif sulit, baru akan saya sampaikan di kelas, jadi jangan sampai mahasiswa ada yang miss. Hal lain yang saya juga terapkan, yaitu melakukan break 15 menit setelah kelas berlangsung sekitar 1 jam karena kita harus menjaga atensi orang untuk terus ada.
Pada saat pengajaran daring, apakah Bu Bunga pernah merasakan digital burnout?
Sempat juga saya merasakan hal itu, karena kelas semuanya serba daring, rapat juga dilakukan secara daring. Saya sempat merasakan digital burnout pada saat mendekati akhir semester akibat lelah karena kelas daring. Selain itu, mulai muncul masalah-masalah kesehatan akibat terlalu lama memandang layar. Digital burnout bukan berarti saya tidak suka mengajar daring, tapi situasi mengajar daring itu yang menurut saya unhealthy for my body.
Apakah ada pengalaman berkesan Bu Bunga saat kuliah daring?
Saya menemukan ternyata mahasiswa lebih aktif dan tidak malu bertanya ketika kelas daring. Apalagi ketika tidak ada keharusan untuk bertanya di forum atau menyalakan video, mereka jadi lebih berani untuk bertanya, itu yang paling berkesan menurut saya.
Apakah ada pengalaman yang kurang menyenangkan terkait interaksi dengan mahasiswa saat kuliah daring?
Ada, apalagi karena sekarang itu serba daring, ya. Bahkan sebelum kuliah daring, ketika saya sering interaksi dengan mahasiswa, pasti ada interaksi yang tidak tepat secara komunikasi, misalnya saat mengirim email, kebanyakan mahasiswa mengirim email langsung ngegas to the point, tidak ada pencantuman nama, kelas, jadi saya tidak tahu siapa yang mengirim. Hal seperti itu semakin sering terjadi ketika kelas daring, banyak sekali cara komunikasi yang lucu-lucu dan unik, tetapi itu malah saya anggap hiburan tersendiri ketika mengajar
Selain interaksi, apakah ada hal lain yang tidak menyenangkan ketika kuliah daring?
Hal lain yang tidak menyenangkan saat kuliah daring adalah ketika kita sebagai pengajar berusaha menjaga integritas, ujian kita release secara daring, akan tetapi justru banyak ditemukan mahasiswa yang justru tidak menjaga integritas. Saya sudah mencoba berusaha berpikir dan mendesain metode bagaimana mahasiswa bisa mengerjakan sendiri tanpa harus saling bertanya, itu yang paling heartbroken. Seperti kita sudah berusaha menjaga integritas, tapi kadang tidak berbalas dari sisi mahasiswanya.
Apakah pernah terbesit di benak Bu Bunga ingin kuliah luring lagi?
Ada beberapa dosen yang ingin masuk (kuliah) luring lagi, saya juga ada perasaan seperti itu. Namun, mengingat kondisi pandemi sekarang ini dan pembuktian dari mahasiswa yang juga ternyata lebih baik dari sisi keaktifan di kelas pada saat pembelajaran daring, saya jadi tidak terlalu berhasrat untuk (kuliah) luring secepatnya.
Dari sisi dosen, apakah kondisi pandemi menyurutkan semangat mengajar?
Saya pikir nggak ya, kalau saya sendiri, saya masih semangat mengajar, apalagi ketika mahasiswa aktif bertanya, hal itu membuat saya semangat mengajar, dan saya kira dosen lain juga demikian. Justru online class itu membuka kesempatan untuk dosen yang banyak kerjaan di luar kampus dan tidak bisa attend classes, jadi bisa mengajar di kelas karena online class ini bisa diakses di mana saja, bahkan bisa diskusi melalui Google Classroom, ELok, dan platform-platform lain. Bicara soal semangat, di forum dosen, dosen kita yang senior justru sangat antusias dan semangat belajar teknologi baru untuk mengajar di online class ini.
Tips Bu Bunga menjaga semangat saat mengajar kuliah daring.
Cara menjaga semangat saat kuliah daring, saya melakukan olahraga, ketika ada spare waktu saya gunakan untuk jalan-jalan keluar rumah dan itu yang membuat semangat mengajar. Hal ini juga berlaku bagi mahasiswa. Meskipun, kadang-kadang pasti merasa malas, unmotivated, tapi percaya saja, when you do it, you feel be happy.
Saran Bu Bunga terkait pembelajaran saat Pandemi Covid-19.
Kalau saya, yang jelas karena ini pandemi, we have to embrace it, belajar mulai lebih mandiri lagi. Kita harus lebih inovatif, karena ini online learning dan membuat cepat bosan, kita harus lebih inovatif dalam pelaksanaan kuliahnya. Tidak hanya dari segi penyampaian secara classical ke video, tapi bisa juga membuat case atau debat daring. Hal-hal seperti itu yang akan memberi "bumbu-bumbu" dalam perkuliahan daring sehingga menghilangkan kebosanan dan juga membuat mahasiswa bisa menyerap materi dengan lebih mudah dan menyenangkan.
Apakah ada unek-unek atau pesan Bu Bunga yang ingin disampaikan kepada mahasiswa?
Hal yang paling saya soroti adalah masalah integritas mahasiswa. Saya menyoroti di media sosial banyak sekali jasa pembuatan tugas, tadinya saya memang sudah tahu dan aware, tapi saya lihat di saat online class ini jadi semakin marak, dan parahnya lagi hal itu di endorse. Tentu saja hal itu menjadi kritikan terbesar saya kepada mahasiswa. Belajar daring itu tidak hanya belajar pada umumnya, nggak masalah nilai yang bagus saja, tapi kita juga bicara masalah building character dan pembiasaan untuk masa depan. Ketika sekarang saja sudah menggadaikan integritas untuk nilai yang bagus, apalagi besok ketika di masa depan. Life is not getting any easier, life is getting harder. Ketika menghadapi kesulitan, hajar terus, jadi ketika menghadapi sesuatu yang mudah, kita tinggal kipas-kipas, karena sudah terbiasa menghadapi sesuatu yang sulit.
Harapan Bu Bunga untuk mahasiswa dan kuliah daring ke depannya.
Mahasiswa harus tetap semangat untuk mengikuti kuliah, semangat belajar, dengan demikian apa yang sudah dosen persiapkan untuk mahasiswa dapat diterima dengan baik, dan ilmu yang disampaikan dapat ditangkap dengan baik. Harapan lainnya, nothing else but healthy, semoga semuanya tetap sehat, baik secara fisik dan mental. Kalau merasa sendiri, talk to somebody, atau datang ke Psikolog atau SWPDC agar mental health tetap terjaga dan terhindar dari stress.
Reportase: Sony Budiarso/Kirana Lalita Pristy