Kisah Inspiratif Mahasiswa FEB UGM Bangun Bisnis Workshop Kreatif
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Sudut Mahasiswa
- Dilihat: 15
Siapa sangka di tengah kesibukan kuliah, mahasiswa muda ini bisa membangun bisnis yang menjangkau berbagai kota di Indonesia. Tatsbita Ratqa Amany, mahasiswa Program Sarjana Internasional (IUP) Studi Ilmu Ekonomi (Economics), Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM berhasil membangun Day of Art, bisnis workshop kreatif yang menawarkan pengalaman belajar kerajinan tangan dan menyalurkan kreativitas.
Melalui episode terbaru dari program FEBerkarya di channel YouTube Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM bertajuk "Inspirasi Bisnis Kreatif: Membangun Workshop Day of Art dari Nol", mahasiswa angkatan 2022 ini pun mencerita perjalanannya memulai bisnis.
Awal mula datangnya ide ini ketika ia diamanahi sebagai staf Departemen Eksternal Himiespa untuk program kerja Collaborative Event. Ia mengungkapkan bahwa pada saat itu ingin membuat sesuatu yang berbeda dibandingkan tahun-tahun sebelumnya
“Kalau di tahun-tahun sebelumnya, sudah banyak program kerja di bidang edukasi. Oleh sebab itu saya berniat untuk membuat acara di bidang kreatif,” jelasnya.
Ia mulai menyadari penyelenggaraan kegiatan workshop sangat berguna untuk menyalurkan hobi dan kreativitas. Ditambah lagi, saat itu ia memiliki keinginan menjadi volunteer dalam beauty event di Jakarta yang membutuhkan pengalaman di bidang event organizer. Akhirnya, ia memberanikan diri untuk membuat event sendiri yaitu bisnis event organizer dalam bentuk workshop seni dan kerajinan tangan bernama Day of Art.
Awal yang Tak Mudah
Mengelola Day of Art sejak awal memberikan banyak pelajaran berharga bagi Tatsbita. Ia menemui berbagai tantangan saat mengelola bisnis yang dijalankan bersama seorang temannya. Bisnis yang awalnya berbasis di Jakarta, mau tak mau harus ditinggalkan oleh Tatsbita. Pasalnya, ia harus kembali ke Yogyakarta untuk kembali melanjutkan kuliah di UGM sementara temannya tetap di Jakarta. Selain itu, keterbatasan tenaga kerja membuat mereka harus multitasking dengan membagi waktu antara kuliah dan menjalankan bisnis. Ditambah lagi persoalan keterbatasan sumber daya finansial dan sumber daya manusia.
“Membangun kepercayaan peserta di awal perjalanan bisnis juga menjadi tantangan tersendiri. Di awal pun, akun Instagram kami masih tanpa pengikut dan belum ada pelanggan sehingga kami harus gencar-gencarnya melakukan promosi,” ungkapnya.
Tatsbita bercerita awalnya peserta workshop berasal dari lingkaran keluarga dan teman yang memberikan dukungan. Walaupun harus mengeluarkan uang untuk strategi pemasaran digital dan iklan, perlahan-lahan bisnis yang dijalankan mulai menjangkau audiens yang lebih luas meskipun harus mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Pertahankan Konsistensi
Tatsbita membangun bisnis ini dengan visi menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berkumpul dan menyalurkan hobi bersama. Menggunakan konsep non-profit, ia tetap mengembangkan strategi yang matang agar bisnis dapat bertahan dan memiliki suatu hal yang dinantikan oleh pelanggan.
“Salah satu strateginya adalah konsisten dalam menyelenggarakan workshop. Kami pastikan untuk menggelar dua workshop setiap bulan dengan tema yang menarik dan sesuai tren di lokasi dengan vibes yang berbeda,” ucapnya.
Ia mengungkapkan bahwa timnya rutin melakukan riset untuk menemukan topik kerajinan yang diminati seperti baking, chunky bag crafting, hingga seni daur ulang. Day of Art juga sering berkolaborasi dengan komunitas dan organisasi lokal seperti himpunan mahasiswa dan BEM FEB UGM untuk menghadirkan kegiatan yang relevan termasuk workshop yang mengusung isu keberlanjutan. Pendekatan ini tidak hanya meningkatkan antusiasme peserta, tetapi juga memperluas jejaring bisnis.
Selain konsistensi, menjaga kualitas workshop menjadi prioritas utama. Prinisp tersebut benar-benar dipgang kuat oleh Tatsbita sebab Day of Art memiliki cabang di berbagai kota.
“Untuk memastikan keseragaman standar, tim inti bertugas melakukan observasi dan evaluasi secara rutin di setiap cabang. Umpan balik dari peserta juga dikumpulkan melalui feedback form untuk mengetahui kepuasan mereka terhadap pengalaman workshop. Sistem ini membantu Day of Art mengidentifikasi hal-hal yang perlu ditingkatkan, baik dari segi materi, pengajar, maupun pelaksanaan.
Perluas Cabang
Tatsbita juga membagikan pesan inspiratif untuk teman-teman yang ingin memulai bisnis dengan mengutip kata-kata dari Bob Sadino "Bisnis terbaik adalah bisnis yang berjalan, bukan yang terus dipertanyakan." Ia mendorong para calon pengusaha untuk memulai langkah pertama sambil mempersiapkan dengan baik seperti membuat rencana bisnis dan melakukan riset yang matang.
Ke depan, Day of Art memiliki visi untuk memperluas jangkauan ke kota-kota lain di Indonesia, bahkan wilayah yang belum tersentuh kegiatan serupa. Dengan terus memperbaiki sistem dan berkomitmen pada kualitas, Tatsbita optimistis dapat membawa Day of Art menjadi komunitas kreatif yang dikenal secara luas.
Reporter: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Simak video selangkapnya: Membangun Bisnis Workshop Day of Art dari Nol
Sustainable Development Goals