
Meraih gelar master dari UGM sekaligus menyandang predikat cumlaude menjadi impian bagi sebagian besar orang. Tentu saja bukanlah perkara mudah untuk mewujudkannya. Namun Evi Krismayanti (31) berhasil membuat mimpi itu menjadi nyata. Ia berhasil meraih gelar Magister Akuntansi dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM dengan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) nyaris sempurna yaitu 3,95 di tengah berbagai tantangan.
Ketertarikan Evi pada dunia akuntansi tumbuh sejak bangku SMA. Baginya, akuntansi adalah bidang yang logis dan jelas, membuat proses belajar terasa lebih menyenangkan. Minat itu kemudian membawanya menempuh studi sarjana di Universitas Lampung dan memulai karier sebagai auditor internal di perusahaan swasta. Namun, Evi merasa perlu memperdalam ilmunya, terutama di sektor publik, bidang yang menjadi fokus pekerjaannya saat ini. Pilihan pun jatuh pada Magister Akuntansi FEB UGM, yang memiliki reputasi unggul di bidang akuntansi sektor publik.
“Belajar di tempat terbaik, dengan dosen dan fasilitas terbaik, tentu akan menunjang karier saya ke depan,” ujarnya.
Evi melanjutkan studi dengan beasiswa dari Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP). Namun untuk mendapatkan beasiswa ini tidak diperoleh dengan mudah. Proses seleksi beasiswa dijalankan di sela-sela pekerjaan yang menuntut mobilitas tinggi. Bahkan, beberapa ujian ia jalani di sela-sela dinas luar kota.
Masuk dengan jalur LPDP, bukanlah perjuangan yang mudah. Seluruh prosesnya dilalui sembari bekerja sehingga waktu belajar untuk mempersiapkan tes-tes seleksi beasiswa LPDP sangat kurang. Beruntung, perusahaan dan rekan timnya memberikan dukungan yang luar biasa dan meringankan perjuangan dalam meraih beasiswa LPDP.
Memulai perkuliahan di FEB UGM menjadi babak baru bagi Evi. Sebagai lulusan yang sebelumnya banyak bergelut dengan sektor privat, ia harus beradaptasi cepat dengan materi sektor publik.
“Saat S1 saya banyak belajar soal sektor privat, lalu setelah lulus saya langsung kerja di sektor publik. Jadi sempat ada kesenjangan pemahaman. Saya belajar dengan metode learning by doing, tapi dengan kuliah magister ini, saya jadi lebih paham secara konseptual,” katanya.
Salah satu hal yang paling berkesan bagi Evi adalah kesempatan berdiskusi dengan mahasiswa doktoral dalam kelompok diskusi riset. Melalui forum ini, Evi mendapat banyak masukan untuk tesisnya yang berjudul Analisis Hubungan antara Kapasitas Layanan dan Kesejahteraan Masyarakat: Studi pada Pemerintah Daerah di Indonesia.
Namun, menyusun tesis bukan tanpa hambatan. Ia mengaku sempat merasa mentok, bingung harus melangkah ke mana. Kendati begitu, ia tidak patah semangat. Berkat bantuan dosen pembimbingnya yaitu Prof. Irwan Taufiq Ritonga, yang selalu memberi arahan dan teman-teman kuliah yang supportif ia dapat menyelesaikan tesisnya dengan baik.
Dalam menjalani perjalanan akademik dan profesionalnya, Evi mengungkapkan bahwa orang tua dan teman-temannya adalah sosok-sosok yang banyak memberikan dukungan moral. Sebagai tambahan, dosen pembimbing tesisnya, Prof. Irwan Taufiq Ritonga adalah sosok yang paling menginspirasi perjalanan akademiknya.
“Beliau menunjukkan bahwa pada sektor publik, pengetahuan akademik dan pengalaman, merupakan sesuatu hal yang mutlak. Kita bisa menyelesaikan berbagai masalah dengan kedua hal tersebut,” ungkap Evi mengutip penggalan ucapan dari Prof. Irwan Taufiq Ritonga.
Salah satu cara yang Evi lakukan ketika ia sedang lelah adalah mengambil jeda pendek dan berkumpul bersama teman. Baginya, mengobrol dan bermain bersama teman akan sangat membantu untuk tidak overthinking. Dalam seminggu, Evi akan menyisihkan waktu 1-2 hari untuk beristirahat penuh dan mengerjakan tesis sendirian.
Evi juga membagikan strategi belajar yang efektif di perkuliahan yaitu dengan membaca topik yang akan dibahas sebelum berkuliah. Tips lainnya adalah melakukan diskusi dengan teman-teman untuk berbagi pengetahuan.
Lulus dari S1 Akuntansi Universitas Lampung, Evi bekerja di PT Gunung Madu Plantations dan PT Pemukasakti Manisindah sebagai Internal Auditor sejak 2016 hingga 2019. Evi menceritakan bahwa selama bekerja di tempat ini, ia belajar banyak hal karena tidak hanya melakukan audit di bagian keuangan tetapi ia juga belajar mengenai operasional perusahaan.
“Walaupun saya bekerja di satu perusahaan, saya bersyukur bisa mempelajari ‘versi mini’ operasional dari berbagai sektor lain. Saya merasa beruntung memiliki manajer yang sangat berdedikasi dan mengajari saya dari nol,” ungkapnya dengan bangga.
Mulai 2019, Evi memulai kariernya untuk bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) – Jakarta. Pengalamannya bekerja di instansi ini hingga ditugaskan di daerah kepulauan menyadarkannya bahwa pembangunan di daerah-daerah masih tertinggal jauh. Evi juga menyoroti perjuangan warga yang hidup di daerah tersebut, salah satunya anak-anak yang sering sekali tidak dapat berangkat ke sekolah karena terhalang ombak besar ketika mau menyeberang ke pulau lainnya.
Sebagai seorang auditor, Evi mengungkapkan banyak nilai-nilai FEB yang harus dimilikinya seperti integritas, profesionalisme, objektivitas dan kesetaraan, serta kepedulian sosial untuk dapat bekerja dan berkontribusi kepada masyarakat. Hal ini juga tercermin ketika ia berkuliah.
Kepada para mahasiswa yang tengah berjuang mengejar impian, Evi berpesan agar mereka menikmati proses dan tidak menekan diri secara berlebihan.
“Nikmati saja prosesnya. Jangan terlalu keras ke diri sendiri. Enggak semua hal harus cepat, enggak semua harus lebih baik dari orang lain. Kebahagiaan dan kesehatan itu juga penting,” tutupnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals