• Tentang UGM
  • SIMASTER
  • SINTESIS
  • Informasi Publik
  • SDGs
  • Bahasa Indonesia
    • Bahasa Indonesia
    • English
Universitas Gadjah Mada Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis
  •  Tentang Kami
    • Sekilas Pandang
    • Sejarah Pendirian
    • Misi dan Visi
    • Nilai-Nilai
    • Pimpinan Fakultas
    • Pimpinan Senat
    • Pimpinan Departemen
    • Pimpinan Program Studi
    • Pimpinan Unit
    • Dewan Penasihat Fakultas
    • Laporan Tahunan
    • Fasilitas Kampus
    • Identitas Visual
    • Ruang Berita
    • Dies Natalis ke-70
  • Program Akademik
    • Program Sarjana
    • Program Magister
    • Program Doktor
    • Program Profesi
    • Program Akademik Singkat
    • Program Profesional & Sertifikasi
    • Program Sarjana Internasional (IUP)
    • International Doctorate in Business (IDB)
    • Kalender Akademik
    • Ruang dan Kegiatan
  • Fakultas & Riset
    • Keanggotaan Fakultas
    • Akreditasi Fakultas
    • Jaringan Internasional
    • Dosen
    • Profesor Tamu dan Rekan Peneliti
    • Staf Profesional
    • Publikasi
    • Jurnal Yang Diterbitkan
    • Kertas Kerja
    • Bidang Kajian
    • Unit Pendukung
    • Kemitraan Konferensi Internasional
    • Call for Papers
    • Pengabdian Kepada Masyarakat
    • Perpustakaan
  • Pendaftaran
  • Home
  • Berita

Peran Strategis Akuntansi dalam Menjawab Tantangan Emisi Karbon

  • Berita
  • 22 September 2025, 09.18
  • Oleh : shofihawa
Ahmad Zaki

Gas rumah kaca (GRK) seperti karbon dioksida, metana, dan nitrogen oksida telah lama menjadi isu global yang berkaitan erat dengan keberlanjutan. Meski secara alami gas-gas ini ada di atmosfer, aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil, penggunaan kendaraan bermotor, hingga alih fungsi hutan mempercepat akumulasi emisi yang memicu pemanasan global.

Data menunjukkan pada tahun 2022, sektor kehutanan menjadi penyumbang terbesar emisi di Indonesia dengan porsi 45 persen, disusul energi 36 persen, pertanian 8 persen, limbah 8 persen, dan industri 4 persen. Ironisnya, hutan yang seharusnya berfungsi sebagai penyerap karbon justru berubah menjadi penyumbang emisi akibat pembakaran lahan, konversi hutan, serta degradasi gambut.

Kesadaran akan pentingnya pengendalian emisi sebenarnya sudah berkembang bahkan sebelum munculnya mekanisme perdagangan karbon (carbon trading). Sejumlah perusahaan besar pengguna energi fosil telah melakukan pengungkapan emisi secara sukarela sebagai bentuk tanggung jawab sosial.

“Dulu, disclosure dilakukan secara voluntary sebagai wujud bahwa perusahaan telah melakukan sesuatu sehingga dampak pemanasan global bisa ditekan. Semakin lama, inisiatif ini berkembang menjadi sesuatu yang bersifat market-based melalui perdagangan karbon,” jelas Dosen Prodi Akuntansi FEB UGM, Ahmad Zaki, S.E., M.Acc., Ph.D dalam podcast bertajuk Accounting for Society: Akuntansi Karbon belum lama ini.

Indonesia kini telah meluncurkan IDX Carbon sebagai bursa karbon resmi. Hingga 2024, nilai transaksinya mencapai Rp60 miliar, angka yang masih kecil dibandingkan dengan potensinya. Regulasi terkait juga terus berkembang, mulai dari Perpres No. 98 Tahun 2021 tentang Nilai Ekonomi Karbon hingga POJK No. 14 Tahun 2023 mengenai perdagangan karbon. Satu kredit karbon di IDX Carbon setara dengan satu ton CO₂, dengan nilai rata-rata sekitar Rp500 ribu.

Menurut Ahmad Zaki, mekanisme ini membuka peluang besar bagi perusahaan yang mampu menekan emisi di bawah batas yang ditetapkan untuk menjual surplusnya, sekaligus mendorong lahirnya berbagai proyek hijau di tanah air. Namun, ia mengingatkan bahwa pasar karbon juga menghadapi tantangan serius. Potensi greenwashing, manipulasi data, hingga lemahnya standar pengukuran menjadi isu yang perlu diwaspadai.

“Data emisi berbeda dengan angka di laporan keuangan. Ada banyak faktor yang bisa membuat angka berubah, sehingga potensi fraud atau manipulasi cukup besar,” terang Ahamd Zaki yang menekuni kajian akuntansi lingkungan dan sosial ini.

Di sinilah peran akuntansi menjadi sangat strategis. Ahmad Zaki menegaskan bahwa carbon accounting hadir sebagai cabang akuntansi yang fokus pada pengukuran, pelaporan, dan pengungkapan emisi karbon. Melalui metode berbasis aktivitas maupun rantai pasok, akuntan dapat menghitung seberapa besar jejak karbon (carbon footprint) yang dihasilkan perusahaan. Informasi ini kemudian dilaporkan dalam sustainability report, program CSR, maupun dimanfaatkan dalam perdagangan karbon.

“Ketika karbon menjadi objek perdagangan di pasar, peran akuntan semakin nyata. Akuntan berperan menghitung sejauh mana karbon dihasilkan perusahaan dari aktivitas operasionalnya, dan data tersebut akan sangat berguna bagi investor maupun kreditor,” tegas Ahmad Zaki.

Ia juga menyoroti konsep net zero emission yang kini menjadi strategi global dalam menghadapi perubahan iklim. Perusahaan dapat mencapai target ini melalui proyek hijau, efisiensi energi, atau membeli kredit karbon. Meski demikian, ia mengingatkan bahwa mekanisme ini bukan solusi final.

“Ada argumen yang mengatakan carbon trading itu seperti low hanging fruit solution yang mudah tapi tidak bisa mengatasi persoalan sistemik. Substansinya, natural resources tetap digunakan untuk operasional, sehingga persoalan akar tidak terselesaikan,” ujarnya.

Meski masih menyisakan kritik, Ahmad Zaki menegaskan bahwa keberadaan carbon accounting tetap penting. Kuantifikasi emisi membuat isu ini lebih jelas dan terukur, sehingga dapat dikelola secara lebih bertanggung jawab. Bagi profesi akuntansi, ruang kontribusi juga semakin luas tidak hanya menyusun laporan keuangan, tetapi juga menghitung emisi, mengevaluasi data dari pihak ketiga, hingga mengelola surplus atau defisit emisi di pasar karbon.

Ia bahkan mencontohkan bagaimana perhitungan sederhana dapat dilakukan. “Kalau perusahaan punya seratus taksi dengan konsumsi 10.000 liter bensin per tahun, akuntan bisa menghitung total emisi yang dihasilkan dengan mengalikan jumlah mobil, konsumsi bahan bakar, dan faktor emisi. Dari situ perusahaan tahu seberapa besar jejak karbonnya,” jelas Ahmad Zaki.

Diskusi yang dimoderatori oleh Rijadh Djatu Winardi, Ak., S.E., M.Sc., Ph.D. ini juga menyinggung pentingnya membekali mahasiswa akuntansi dengan keterampilan carbon accounting. Melalui proyek maupun studi kasus, mahasiswa perlu diperkenalkan pada metode perhitungan emisi berbasis aktivitas maupun rantai pasok. Dengan demikian, profesi akuntansi di masa depan dapat berkontribusi lebih besar dalam mendukung tercapainya keberlanjutan.

Video Podcast Accounting for Society selengkapnya dapat diakses melalui:
Podcast Accounting for Society – Akuntansi Karbon

Reportase: Orie Priscylla Mapeda Lumalan
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals
SDG 4 SDG 7 SDG 9 SDG 12 SDG 13 SDG 15 SDG 17

Views: 44
Tags: SDG 12: Konsumsi Dan Produksi Yang Bertanggung Jawab SDG 13: Penanganan Perubahan Iklim SDG 15: Ekosistem Daratan SDG 17: Kemitraan Untuk Mencapai Tujuan SDG 4: Pendidikan Berkualitas SDG 7: Energi Bersih Dan Terjangkau SDG 9: Industri Inovasi Dan Infrastruktur SDGs

Related Posts

Sustainable Business School Framework

Perkuat Komitmen Keberlanjutan, FEB UGM Luncurkan Sustainable Business School Framework 

Berita Jumat, 19 September 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM)  meluncurkan Sustainable Business School Framework (SBSF), sebuah kerangka kerja yang dirancang untuk mendorong praktik  keberlanjutan di pendidikan tinggi, khususnya sekolah bisnis.

Rapat Senat Tahunan 2025

70 Tahun FEB UGM Komitmen Perkuat Dampak Bagi Masyarakat dan Keberlanjutan

Berita Jumat, 19 September 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) merayakan 70 tahun kiprahnya sejak berdiri pada 19 September 1955. Mengangkat tema “70 Years of Impact: Advancing Economics and Business Knowledge for Society and Sustainability”, peringatan Dies Natalis ke-70 (Lustrum XIV) merefleksikan misi fakultas yaitu menumbuhkembangkan calon pemimpin masa depan dalam bidang ekonomika dan bisnis untuk mengembangkan aspek keberlanjutan.

Dekan FEB UGM, Prof. Didi Achjari, S.E., M.Com, Ak., CA., menyampaikan bahwa perjalanan tujuh dasawarsa FEB UGM menegaskan komitmen untuk terus menghadirkan ilmu pengetahuan dan praktik ekonomi serta bisnis yang bermanfaat nyata bagi masyarakat sekaligus berorientasi pada keberlanjutan.

Penyerahan Penghargaan GMDTGI

FEB UGM Beri Penghargaan Bagi Pemerintah Daerah dengan Kinerja Tata Kelola Transformasi Digital Terbaik 2025

Berita Jumat, 19 September 2025

Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) melalui Pusat Kajian Sistem Informasi (PKSI) memberikan penganugerahan Gadjah Mada Digital Transformation Governance Index (GM-DTGI) Tahun 2025.

Nezar Patria - Optimalisasi Big Data untuk Percepatan Transformasi Digital

Wamen Komdigi Tekankan Optimalisasi Big Data untuk Percepatan Transformasi Digital

Berita Kamis, 18 September 2025

Wakil Menteri Komunikasi dan Digital Republik Indonesia, Nezar Patria, S.Fil., M.Sc., M.B.A, menekankan pentingnya optimalisasi big data dalam tata kelola pemerintah daerah.

Berita Terkini

  • Peran Strategis Akuntansi dalam Menjawab Tantangan Emisi Karbon
    22 September, 2025
  • Perkuat Komitmen Keberlanjutan, FEB UGM Luncurkan Sustainable Business School Framework 
    19 September, 2025
  • 70 Tahun FEB UGM Komitmen Perkuat Dampak Bagi Masyarakat dan Keberlanjutan
    19 September, 2025
  • FEB UGM Beri Penghargaan Bagi Pemerintah Daerah dengan Kinerja Tata Kelola Transformasi Digital Terbaik 2025
    19 September, 2025
  • Wamen Komdigi Tekankan Optimalisasi Big Data untuk Percepatan Transformasi Digital
    18 September, 2025

Artikel Terkait

  • Perkuat Komitmen Keberlanjutan, FEB UGM Luncurkan Sustainable Business School Framework 
    19 September, 2025
  • 70 Tahun FEB UGM Komitmen Perkuat Dampak Bagi Masyarakat dan Keberlanjutan
    19 September, 2025
  • FEB UGM Beri Penghargaan Bagi Pemerintah Daerah dengan Kinerja Tata Kelola Transformasi Digital Terbaik 2025
    19 September, 2025
  • Wamen Komdigi Tekankan Optimalisasi Big Data untuk Percepatan Transformasi Digital
    18 September, 2025
  • FEB UGM Gelar Seminar Nasional dan Penghargaan Gadjah Mada Digital Transformation Governance Index 2025
    18 September, 2025
Universitas Gadjah Mada

Universitas Gadjah Mada
Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Jln. Sosio Humaniora No.1, Bulaksumur, Yogyakarta, Indonesia 55281

Peta & Arah
Informasi Kontak Selengkapnya

Direktori Fakultas

  • Informasi Publik
  • Manajemen Ruang
  • Manajemen Aset
  • Manajemen Makam

Mahasiswa

  • Komunitas Mahasiswa
  • Layanan Mahasiswa
  • Asrama Mahasiswa
  • Pengembangan Karir
  • Paparan Internasional
  • Beasiswa
  • Magang

Alumni

  • Komunitas Alumni
  • Layanan Alumni
  • Pelacakan Studi
  • Pekerjaan & Magang
  • Beasiswa

Social Media

© 2025 Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM

Kebijakan PrivasiPeta Situs

💬 Butuh bantuan?
1
FEB UGM Official WhatsApp
Halo 👋
Bisakah kami membantu Anda?
Buka percakapan
[EN] We use cookies to help our viewer get the best experience on our website. -- [ID] Kami menggunakan cookie untuk membantu pengunjung kami mendapatkan pengalaman terbaik di situs web kami.I Agree / Saya Setuju