Masalah Kesehatan Keuangan Merupakan Akar dari 86 Persen Problematika Kesehatan Mental
- Detail
- Ditulis oleh Rizal
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2575
Senin (18/12), Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) kembali melaksanakan pengembangan diri untuk staf profesional. Dilaksanakan secara dalam jaringan (daring), pengembangan diri kali ini bertajuk “Good Money Habits untuk Hidup Hebat”. Acara didahului dengan menyanyikan lagu “Indonesia Raya” dan “Himne Gadjah Mada”. Acara pun diteruskan dengan sambutan dari Gumilang Aryo Sahadewo, S.E., M.A., Ph.D. selaku Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat, Kerjasama, dan Alumni FEB UGM.
Sesi pengembangan diri diisi oleh Prita Hapsari Ghozie, S.E., M.Com., GCertFP, CFP, QWP, AEPP selaku Principal Consultant dan Chief Executive Officer (CEO) dari ZAPFinance sekaligus Dosen Departemen Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia. Sementara itu, acara dimoderatori oleh Anggraeni Pranandari, S.E., M.Sc., Dosen Departemen Manajemen FEB UGM. Pembahasan dimulai dengan penjabaran kausalitas berkebalikan (reverse causality) antara masalah kesehatan keuangan dan kesehatan mental. Berdasarkan studi oleh Money and Mental Health Policy Institute (2019), masalah kesehatan keuangan merupakan akar dari 86 persen problematika kesehatan mental. Sebaliknya, masalah kesehatan mental juga menjadi sebab dari 72 persen persoalan kesehatan keuangan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menguasai ilmu pengelolaan keuangan.
Pengelolaan uang yang baik menjadi penting karena tiga alasan. Pertama, manajemen keuangan yang baik akan mampu mengurangi stres yang dialami individu. Hal ini karena 45 persen dari stres yang dialami manusia disebabkan oleh masalah finansial. Kedua, tingkat kesehatan mental pun dapat meningkat, menimbang sebesar 72 persen kesehatan mental dipengaruhi oleh kesehatan keuangan. Ketiga, penajaan keuangan yang cakap akan membuat pernikahan lebih harmonis karena 24,41 persen perceraian di Indonesia dilandasi oleh konflik ekonomi.
Secara lebih lanjut, studi dari PwC menunjukkan bahwa stres akibat kondisi finansial berdampak nyata pada kesehatan dan kesejahteraan individu. Ditemukan bahwa financial stress berpengaruh negatif pada kecukupan tidur, kesehatan mental, kepercayaan diri, kesehatan fisik, hingga hubungan dengan anggota keluarga di rumah. Menimbang dampak destruktif yang mampu ditimbulkan, lantas, bagaimanakah cara untuk mencapai kesejahteraan finansial?
Dapat ditarik tiga langkah untuk meraih kesejahteraan finansial, yakni edukasi keuangan, literasi keuangan, dan barulah seseorang bisa sampai di titik kesejahteraan finansial. Namun, dalam realitas, inklusi keuangan di kalangan masyarakat masih lebih tinggi dibandingkan literasi finansial. Dalam kata lain, akses masyarakat terhadap layanan finansial sudah meluas, tetapi dibarengi dengan tingkat literasi yang relatif rendah. Dengan demikian, tugas besar yang diemban oleh masyarakat adalah peningkatan literasi finansial. Pengembangan literasi keuangan dapat diwujudkan dengan tiga strategi, yakni kemampuan numerasi, pemahaman akan inflasi, dan kesadaran akan diversifikasi
Pembahasan diteruskan dengan evaluasi kondisi finansial. Tiap orang pasti memiliki keinginan (goals) utama dalam kehidupan. Oleh karena itu, evaluasi menjadi penting untuk mengetahui kapasitas keuangan yang sebenarnya dimiliki oleh seseorang dalam mencapai keinginan-keinginan yang diharapkan. Evaluasi tersebut dapat dilakukan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Evaluasi secara kualitatif dilakukan dengan kuesioner berisikan pertanyaan “ya” atau “tidak” (yes–no question). Sementara itu, penilaian secara kuantitatif dijalankan dengan pemahaman terkait kalkulasi kekayaan bersih dan arus kas.
Para peserta sesi pengembangan diri lantas memainkan gim interaktif melalui platform Kahoot. Tujuan gim ini adalah untuk melatih pengetahuan audiens dalam mengelompokkan berbagai jenis aset. Kemudian, pemaparan dilanjutkan dengan diskusi mengenai target arus kas yang dapat dikategorikan sehat. Sebagai prinsip utama, cash flow bulanan harus bersifat positif. Selain itu, cicilan maksimal adalah sebesar 30 persen dari penghasilan. Tak luput, seseorang harus mampu menabung 10 persen dari total penghasilannya.
Selanjutnya, dijelaskan urgensi terkait pembangunan good money habits. Terdapat lima langkah strategis untuk menciptakan kebiasaan tersebut. Sebagai awalan, seorang individu harus mampu memilih prioritas. Kedua, seseorang juga harus bijak dalam berutang konsumtif. Ketiga, individu juga dianjurkan untuk menyusun anggaran rumah tangga.
Kemudian, keempat, dana darurat dan proteksi pun perlu dipersiapkan sedini mungkin. Kelima sekaligus terakhir, seseorang harus mulai menabung dan berinvestasi. Sesi kemudian ditutup dengan tanya jawab antara audiens dan pembicara. Pengembangan diri untuk staf profesional ini sekaligus mewujudkan upaya FEB UGM untuk menjalankan Sustainable Development Goal (SDG), terutama tujuan nomor empat (pendidikan berkualitas) dan nomor delapan (pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi yang baik).
Reportase: Rizal Farizi