Inspiratif! Anak Buruh Ukir Berhasil Lulus Cumlaude di FEB UGM
- Detail
- Ditulis oleh Kurnia
- Kategori: Berita
- Dilihat: 1370
Ada momen haru yang tertangkap dalam pelepasan wisudawan pascasarjana Prodi Magister Sains (MSi) di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Rabu (24/4). Ulfatun Nikmah (26), Ilmu Akuntansi 2021, berusaha untuk tetap tegar saat membacakan sambutan sebagai lulusan terbaik wakil wisudawan periode ini. Namun bulir-bulir air matanya kian tak tertahan ketika ia menyebut nama kedua orang tuanya yang telah banyak berjasa dalam mendukung kesuksesan studinya hingga saat ini. Sesekali ia berhenti membaca sambutannya dan menghela nafas sembari menyeka air matanya yang terus mengalir.
Gadis kelahiran Jepara ini berhasil menyelesaikan studi dari Prodi Magister Sains Akuntansi dalam waktu 1 tahun 10 bulan 24 hari dengan capaian IPK 3.89. Kesuksesan ini menjadi salah satu pencapaian besar dalam hidup Ulfatun.
Sebagai anak yang lahir dan tumbuh dalam keluarga sederhana yang tinggal di Wedelan, sebuah desa kecil Kabupaten Jepara, bisa mengakses pendidikan hingga perguruan tinggi adalah sebuah kemewahan. Terlebih ayahnya, Muhlasin (54) menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dengan bekerja sebagai buruh ukir panggilan dengan penghasilan yang tidak menentu setiap bulannya. Sementara sang ibu, Masruroh (48) merupakan ibu rumah tangga.
“Sejak kecil saya sering mendapat cibiran dari tetangga. Lha wong cuma anak tukang ukir yang makan saja pakai kerupuk apa kuat menyekolahkan anak apalagi sampai lulus perguruan tinggi, bisa-bisa nanti putus di tengah jalan,” ungkapnya sembari menahan tangis mengingat kejadian kala itu.
Cemooh-cemooh itu rupanya tidak menyurutkan semangat Ulfatun untuk meraih pendidikan setinggi-tingginya. Hal tersebut justru menjadi motivasi kuat baginya untuk berprestasi dan mematahkan stigma-stigma anak kampung dengan kondisi perekonomian terbatas sulit untuk melanjutkan kuliah.
Perjalanan Ulfatun meraih mimpi tidaklah mudah. Saat akan melanjutkan kuliah ke jenjang sarjana ia mendapatkan pertentangan keras dari kedua orang tuanya. Bukannya tidak mendukung Ulfatun untuk kuliah, namun orang tuanya berkali-kali mengingatkan soal kondisi keluarga yang serba pas-pasan sehingga sangat sulit jika harus membiayai kuliah. Belum lagi orang tuanya masih harus membiayai sekolah sang adik.
“Bapak waktu itu tidak memperbolehkan saya lanjut kuliah S1 begitupun ketika mau S2 karena tidak mampu, tidak ada biaya. Namun saya ini tipe anak yang ngeyel jadi terus memberikan pengertian ke orang tua kalau saya kuliah nanti bisa mendapat pekerjaan layak dan membantu menyekolahkan adik,” paparnya lulusan SMK N 3 Jepara ini.
Dengan tekad dan semangat membara ia berusaha berprestasi di sekolah. Nyatanya, ketekunan dan kerja keras dalam belajar membuahkan hasil manis. Sejak di bangku SD hingga SMK ia selalu masuk jajaran juara di kelasnya. Bahkan tak jarang ia mewakili sekolah dalam berbagai kompetisi. Berkat prestasinya itu Ulfatun berhasil masuk program S1 di salah satu perguruan tinggi negeri di Semarang melalui jalur prestasi. Ia pun mendapatkan beasiswa Bidikmisi yang diperuntukan bagi mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga kurang mampu. Ulfatun kembali berkesempatan melanjutkan studi S2 di UGM secara gratis dengan beasiswa dari LPDP RI.
Ditengah-tengah menjalani perkuliahan baik di program S1 maupun S2, Ulfatun menjalankan pekerjaan paruh waktu seperti memberikan les untuk anak-anak sekolah hingga mengikuti berbagai proyek bersama teman-teman kampusnya.
Ulfatun saat ini sudah bekerja di sebuah perusahan konsultan yang bergerak di bidang teknologi informasi di Yogyakarta. Namun kedepan ia masih memiliki keinginan kuat untuk bisa melanjutkan studi S3. Dalam benaknya, ia ingin menjadi dosen agar bisa ikut berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Indonesia.
“Tidak ada cita-cita yang terlalu tinggi, bahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan. Karenanya jika cita-cita belum tercapai tinggikan usaha dan doa untuk meraihnya,” ucapnya.
Muhlasin sangat bersyukur dan bangga sang puteri akhirnya bisa meraih impiannya menggapai pendidikan di perguruan tinggi bahkan hingga jenjang S2. Awalnya ia mengaku berat untuk melepas Ulfatun kuliah di perguruan tinggi karena tidak mampu secara ekonomi.
“Anaknya padahal saat lulus SMK sudah ditarik kerja di salah satu PNM Jepara karena berprestasi. Namun Ulfatun bersikeras tetap ingin lanjut kuliah dan meminta untuk tidak usah berpikir soal biaya karena akan mencari beasiswa. Jadi anaknya minta doa saja ke kami waktu itu,” paparnya.
Tidak pernah terbesit dalam bayangan Muhlisin jika putri sulungnya bisa merasakan bangku perkuliahan. Pencapaian itu seperti membasuh dahaga Muhlisin yang sebenarnya juga haus akan pendidikan. Hanya saja persoalan ekonomi keluarga saat ini menghentikan mimpinya untuk bisa melanjutkan sekolah di bangku SMA. Ia harus berpuas diri menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SMP saja.
“Harapannya nanti Ulfatun bisa menjadi orang yang sukses dan bisa memberikan manfaat bagi masyarakat, bangsa, serta negara,” tuturnya.
Meski terlahir dari keluarga dengan perekonomian terbatas keduanya berhasil membuktikan jika keterbatasan ekonomi bukan menjadi penghalang untuk meraih pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. FEB UGM sebagai bagian dari lembaga pendidikan tinggi memiliki komitmen kuat mewujudkan pendidikan tinggi berkualitas, berkeadilan, dan inklusif bagi semua kalangan, termasuk bagi keluarga kurang mampu, penyandang disabilitas, serta daerah 3T. Kebijakan tersebut diimplementasikan untuk mendukung pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs).
Reportase: Kurnia Ekaptiningrum