Kisah Septy, Lulusan SMK Raih Gelar Magister FEB UGM dan Beasiswa LPDP
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 739
Lulus S2 dengan IPK nyaris sempurna dari kampus ternama UGM menjadi sebuah kebanggaan bagi Septy Nur Sulistyawati. Septy menjadi wisudawan dengan indek prestasi kumulatif tertinggi (IPK) yakni 3.93 dengan masa studi singkat selama 1 tahun 6 bulan 15 hari dari Program Studi Magister Akuntansi FEB UGM. Ia menjadi salah satu wisudawan dalam prosesi wisuda Program Pascasarjana Periode I Tahun Akademik 2024/2025 yang berlangsung Rabu 23 Oktober 2024.
Capaian ini menjadi sangat istimewa bagi alumnus SMK N 1 Ponorogo ini. Putri dari pasangan Katimin dan Setiyeni ini mampu membuktikan bahwa ia mampu bersaing dengan lulusan lainnya. Tidak hanya berhasil menembus pendidikan pascasarjana di Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, ia juga berhasil memperoleh beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP).
Septy merupakan anak petani yang tinggal di sebuah desa kecil, tepatnya di Dusun Glagah Ombo, Desa Nampan, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur. Meski berasal dari kampung dan besar dalam keluarga sederhana, cita-cita Septy tak lantas juga sederhana. Ia memiliki cita-cita besar untuk bisa meraih pendidikan setinggi-tingginya.
Keinginan Septy untuk bisa kuliah di perguruan tinggi sangatlah kuat. Beruntungnya, kedua orang tuanya sangat mendukung kemauannya itu. Alhasil, kegigihan, tekat kuat, serta doa orang tua berhasil menghantarkan Septy hingga di posisi saat ini . Ia berhasil menjadi pembuka jalan bagi keluarganya dengan menjadi orang pertama yang berhasil menamatkan pendidikan tinggi bahkan hingga jenjang magister. Sebelumnya ia berhasil mendapatkan gelar sarjana akuntansi dari Universitas Negeri Malang dengan predikat cumlaude.
“Orang tua saya selalu bilang tidak apa-apa orang tuanya cuma lulusan SMP dan SD yang penting anaknya bisa sukses,” ungkapnya usai wisuda Rabu (23/10).
Masih Seperti Mimpi
Bagi Septy, kuliah di Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Sejak SMK, UGM sudah menjadi kampus impiannya. Namun perjalanan gadis ini tidaklah mudah. Pada tahun 2022 lalu Septy mendaftarkan diri untuk program Magister Akuntansi FEB UGM namun gagal pada percobaan pertama. "Ada momen di mana saya merasa ragu, apakah saya layak melanjutkan S2 atau sebaiknya bekerja saja. Tapi berkat dukungan sekitar, saya terus maju," ujarnya.
Pengalaman ditolak tersebut sempat membuat Septy merasa sedih dan hampir berputus asa. Namun ia tetap percaya bahwa tidak boleh berhenti mencoba. "Apabila kita gagal di percobaan pertama, jangan langsung menyerah. Kita tidak pernah tahu di kesempatan keberapa kita akan berhasil," tambahnya.
Perjuangan Septy membuktikan bahwa dengan tekad kuat dan strategi yang tepat rintangan dapat diatasi dan impian bisa tercapai. Setelah melakukan evaluasi, Septy memutuskan untuk merubah strategi yaitu fokus pada pendaftaran LPDP terlebih dahulu baru kemudian melanjutkan pendaftaran ke Magister Akuntansi FEB UGM. “Saya bersyukur langsung lolos pada kesempatan pertama mendaftar LPDP,” jelas Septy yang sempat bekerja sebagai akuntan di sebuah perusahaan swasta di Jawa Timur.
Ketika akhirnya berhasil masuk, Septy merasakan lingkungan UGM sangat mendukung mahasiswanya untuk berprestasi. Fasilitas yang tersedia mulai dari akses jurnal internasional hingga koleksi perpustakaan yang lengkap membuat pengalaman belajarnya semakin optimal.
Salah satu hal yang paling berkesan bagi Septy adalah disiplin waktu yang ditunjukkan oleh para dosennya. Selain itu, pembelajaran di FEB UGM juga mendukung diskusi yang interaktif di mana pendapat mahasiswa sangat dihargai. Bagi Septy, pengalaman ini jauh melampaui ekspektasinya.
Tidak Menyia-nyiakan Kesempatan
Septy memiliki impian yang kuat untuk menjadi dosen di .bidang akuntansi. Baginya, profesi ini sesuai dengan antusiasmenya untuk berinteraksi dengan banyak orang, melakukan penelitian, pengabdian, dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat. "Saya yakin, menjadi dosen akan membuat saya bahagia karena ini adalah panggilan hati saya," ungkapnya dengan penuh keyakinan.
Septy mengungkapkan bahwa dirinya adalah orang yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan. Selama sekitar 1,5 tahun menjalani perkuliahan ia mampu menghasilkan dua publikasi ilmiah yang berhasil terbit di Asian Journal of Business and Accounting dan Ekuitas: Jurnal Pendidikan Ekonomi. Disamping itu, ia juga mengikuti Seminar Nasional Akuntansi di Bengkulu, sebuah ajang bergengsi yang diselenggarakan oleh Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Pendidik. Selama menjalani kuliah ia juga bekerja paruh waktu di Pusat Kajian Akuntansi Pendidikan (PKAP).
Tips Sukses Lulus Cepat dengan IPK Tertinggi
Septy berhasil menjadi wisudawan dengan IPK tertinggi dan lulus dalam waktu singkat dari Program Studi Magister Akuntansi FEB UGM. Ia pun membagi kunci kesuksesan dalam menyelesaikan studi. Salah satunya adalah dengan menganggap pengerjaan tesis seperti pekerjaan. "Saya selalu memiliki jam kerja untuk mengerjakan tesis, dari pukul 8 pagi hingga 4 sore setiap hari. Jadi, setiap hari saya sempatkan untuk pergi ke perpustakaan kampus. Waktu pagi saya manfaatkan untuk menulis sedangkan sore hari lebih fokus untuk membaca jurnal" paparnya.
Namun begitu Septy tetap berusaha untuk hidup seimbang atau menjalani study life balance. Waktu di akhir pekan ia alokasikan untuk istirahat penuh. Selain itu, ia juga menekankan pentingnya memiliki teman yang sevisi untuk saling mendukung dalam menyelesaikan tesis serta meminta restu orangtua untuk kelancaran setiap aktivitasnya termasuk menjalani studi.
Septy kini menatap masa depan dengan penuh keyakinan dan semangat. Ia tidak hanya berencana untuk berkarier sebagai dosen tetapi juga terus berkontribusi dalam dunia akademis melalui penelitian dan publikasi ilmiah.
"Saya percaya, ketika kita sudah siap untuk sukses maka kita juga harus siap untuk gagal. Yang penting adalah terus mencoba dan tidak pernah menyerah. Seandainya gagal di kesempatan pertama tetap harus terus mencoba karena kita tidak tahu di kesempatan mana akan meraih keberhasilan," tutup Septy dengan bijaksana.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals