FEB UGM Kolaborasi dengan CPA Australia Indonesia dan IAI Selenggarakan Workshop Akuntansi
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 324
Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) menjadi tuan rumah acara Bright Project Vol. 7 kolaborasi antara Certified Practising Accountant (CPA) Australia Indonesia dengan Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Acara yang berlangsung pada Selasa, 5 November 2024 di FEB UGM ini diselenggarakan untuk memberikan pemahaman mendalam bagi mahasiswa tentang keterampilan yang harus dikuasai sebagai akuntan di masa depan.
Dalam program yang mengusung tema "The Next Gen Accountant: Unlocking Future Career Opportunities" ini juga memberi kesempatan bagi mahasiswa untuk memperluas relasi profesional dan membangun jaringan yang kuat dengan perwakilan dari berbagai perusahaan. Ratusan mahasiswa dan dosen dari berbagai universitas di Indonesia hadir mengikuti kegiatan ini. Beberapa diantaranya Universitas Atma Jaya, Universitas HKBP Nommensen Medan, Universitas Islam Indonesia, UIN Sunan Kalijaga, Universitas Mercu Buana, Universitas Muhammadiyah Jember, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Sarjanawiyata, Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta, dan Universitas Gadjah Mada.
Koordinator CSDU FEB UGM, Arizona Mustikarini, Ph.D., saat membuka acara menyampaikan Bright Project menjadi kesempatan berharga bagi mahasiswa untuk memahami tantangan profesi akuntansi di era modern. Selain itu, melalui kegiatan ini melatih kemampuan berpikir kritis bagi mahasiswa.
Ketua Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) DI Yogyakarta, Dr. Hardo Basuki, M.Soc.Sc., CSA., CA, menyampaikan bahwa kehadiran teknologi sangat membantu dalam mendukung profesi akuntansi agar tetap relevan di masa depan. Menurutnya, profesi akuntan akan semakin dimudahkan dengan kehadiran teknologi yang berkembang begitu pesat.
Sementara Dessy Emastari Prihatiningtyas, CPA (Aust) berbagi pengalamannya dalam membangun karir sebagai akuntan profesional melalui sertifikasi CPA Australia. Meskipun bekerja di bidang keuangan dan akuntansi di Pelindo selama bertahun-tahun, ia juga terjun ke Manajemen Sumber Daya Manusia, memegang berbagai posisi kepemimpinan di berbagai bidang seperti manajemen risiko, strategi keuangan, dan pengadaan.
Perjalanan karier Dessy tidaklah mudah. Saat kuliah ia awalnya merasa kesulitan untuk menemukan minatnya di bidang akuntansi, mengingat akuntansi bukanlah pilihan pertama. Seiring berjalannya waktu, ia akhirnya menemukan cara untuk mencintai akuntansi dan bahkan berkontribusi pada proses bisnis yang lebih luas.
Dalam diskusinya, Dessy menyoroti bagaimana sertifikasi CPA Australia dapat membantu mahasiswa dan akuntan muda untuk tetap kompetitif di lingkungan yang terus berkembang. "Saat saya kuliah di Universitas Airlangga, saya tidak menyangka betapa pentingnya sertifikasi CPA bagi karier saya. Saat itu, tagline CPA adalah 'CPA as a Business Leader' yang memotivasi untuk membentuk karier profesional saya," ungkapnya.
Menanggapi pertanyaan yang diajukan oleh mahasiswa terkait relevansi karir di bidang akuntansi dan keuangan saat ini di tengah kemajuan teknologi, Dessy meyakinkan mahasiswa bahwa profesi ini tetap relevan namun telah mengalami perubahan. "Akuntansi bukan hanya soal duduk di depan komputer dan menganalisis spreadsheet. Akuntansi adalah tentang memahami proses bisnis dan mengambil keputusan strategis. Ini adalah keterampilan penting untuk kepemimpinan bisnis terutama di pasar global," jelasnya.
Sementara Guru Besar bidang Akuntansi FEB UGM, Prof. Syaiful Ali, MIS., Ph.D., Ak., CA., menyampaikan dampak revolusi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) dalam pendidikan akuntansi. Dalam paparannya, Syaiful menyoroti berbagai manfaat AI dalam akuntansi, seperti meningkatkan transparansi laporan keuangan, mempercepat proses rekonsiliasi rekening bank, dan membantu dalam audit dengan menganalisis anomali serta potensi penipuan.
"AI berpotensi mendukung keberlanjutan bisnis dengan membantu pengambilan keputusan jangka panjang dan menghemat biaya. Namun, hati-hati dengan adanya potensi bias dalam data yang digunakan untuk melatih AI serta masalah etika dan privasi yang perlu diperhatikan,” jelasnya.
Syaiful mengingatkan bahwa teknologi seperti kalkulator, spreadsheet, hingga AI telah membantu meningkatkan produktivitas dalam pekerjaan akuntansi. Untuk itu, ia mengajak mahasiswa dan profesional untuk mempersiapkan diri dengan mengembangkan keterampilan dalam AI agar tetap relevan di masa depan.
“AI tidak akan menggantikan akuntan, tetapi akuntan yang menguasai AI akan memiliki keunggulan kompetitif di pasar kerja,” tutupnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals