- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2500
Dengan kondisi tersebut maka mahasiswa perlu diberi bekal dan pencerahan sehingga nanti ketika lulus dari bangku perguruan tinggi muncul minatnya menjadi seorang pengusaha. Menurut dosen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM, Dr Sahid S.Nugroho, M.Sc., salah satu upaya untuk mendukung agar mahasiswa berminat menjadi pengusaha adalah disediakannya fasilitas bisnis start up sebagai modal awal bagi mahasiswa.
"Bentuknya bisa berupa infrastruktur seperti pembiayaan, bisnis centre, online store untuk promosi, hingga berupa koneksi bisnis secara riil," papar Sahid dalam Workshop Metode Pembelajaran Inovatif Kewirausahaan, di Jogjakarta Plaza Hotel, Sabtu (22/1).
Selain itu, imbuh Sahid, motivasi mahasiswa terhambat dengan perasaan ketidakpastian karir menjadi pengusaha. Ketidakpastian karir ini bisa disiasati dengan langsung mengenalkan langsung para mahasiswa dengan pengusaha yang sudah sukses atau pengusaha kelas UKM. Melalui cara itu maka mahasiswa bisa bergaul dan belajar langsung bagaimana menjalankan sebuah bisnis dengan pelaku UKM atau pengusaha sukses.
"Untuk memperdalam ilmu maka mahasiswa bisa “nyantrik” kepada para pengusaha tersebut secara langsung," katanya.
Sahid yang juga sebagai pengusul kurikulum mata kuliah kewirausahaan ini menjelaskan penerimaan mata kuliah tersebut di berbagai perguruan tinggi sudah semakin baik. Bahkan, di FEB UGM mata kuliah kewirausahaan bukan lagi sebagai mata kuliah wajib jurusan, tetapi mata kuliah wajib fakultas. "Penerimaan kampus untuk mencetak pengusaha-pengusaha baru sudah cukup baik," ujar Sahid.
Dalam kesempatan itu Sahid juga mengusulkan agar penyampaian materi kuliah kewirausahaan dapat tersampaikan dengan baik kepada mahasiswa, dosen yang bersangkutan setidaknya telah memiliki pengalaman langsung terkait kewirausahaan itu. Hal tersebut nantinya akan memudahkan proses pengajaran wirausaha kepada mahasiswa "Itu yang saya pikirkan sehingga memang metode ajar mata kuliha kewirausahaan tetap masih perlu disempurnakan," urainya.
Sementara dosen FEB UGM lainnya, Boyke R.Purnomo, M.Sc, mengakui selain minat mahasiswa yang terbatas, kendala dalam pembelajaran kewirausahaan adalah kurikulum yang tidak mendukung serta kesulitan mendesain rancangan perkuliahan dan instrumen pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Dalam kesempatan itu Boyke menerangkan adanya level pembelajaran kewirausahaan. Level ini dimulai dari menumbuhkan kewirausahaan, menenamkan nilai-nilai kewirausahaan, serta mengajarkan kewirausahaan.
"Ini juga tidak lepas dari segitiga pembelajaran kewirausahaan yang antara lain meliputi aspek kognitif, pembelajaran inovatif, psikomotor, dan afektif," kata Boyke.
Sumber: Satria AN
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2704
UGM menutup seleksi mahasiswa baru jalur mandiri. Sebagai gantinya, penerimaan mahasiswa baru akan dilaksanakan mengikuti pola Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Dengan pola ini, UGM melakukan dua cara seleksi, yakni ujian tulis SNMPTN dan SNMPT jalur undangan.
Demikian penegasan Rektor UGM, Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D., terkait dengan penerimaan mahasiswa baru, Selasa (18/1). Dikatakannya bahwa keberhasilan penyelenggaraan Ujian Masuk (UM) UGM pada tahun-tahun sebelumnya menjadi titik tolak perubahan pola penerimaan mahasiswa baru UGM tahun ini. Seleksi mandiri jalur Ujian Tulis (Utul) UGM telah terbukti menunjukkan hasil yang sangat baik.
Salah satu indikator keberhasilan tercermin pada capaian Indeks Prestasi Komulatif (IPK) mahasiswa. "Riset membuktikan rerata IPK mahasiswa melalui penjaringan Utul UM UGM lebih tinggi dibandingkan rerata IPK mahasiswa jalur UMPTN (SNMPTN)," kata Rektor di Ruang Sidang Pimpinan UGM.
Dijelaskan Rektor, para mahasiswa mampu memiliki IPK tinggi karena melalui proses seleksi yang baik. Dalam proses ini, soal-soal yang diujikan sangat berbobot. Oleh sebab itu, pada seleksi mahasiswa baru tahun 2011, soal-soal yang dikembangkan UGM sepakat untuk diintegrasikan ke dalam Ujian Tulis SNMPTN. "Karena bagaimanapun UGM ingin mencari cara terbaik untuk membantu masyarakat untuk bisa belajar di perguruan tinggi," ujar Rektor.
Dengan mengintegrasikan seperti itu, Rektor meyakini bahwa seleksi SNMPTN 2011 akan lebih berkualitas dan mampu menjaring para mahasiswa terbaik. "Karena sudah diintegrasikan ke dalam SNMPTN, maka seleksi mandiri UGM berupa ujian tulis (utul) ditiadakan," katanya.
Semua perubahan ini, menurut Sudjarwadi, mengacu pada Permendiknas 34/2010. Pembuatan soal seleksi SNMPTN tahun ini melibatkan tim yang berasal dari berbagai PTN, sebagian besar dari UGM, ITB, dan UI. "Karena keberhasilan dalam membuat soal-soal ujian mandiri, maka keterlibatan tiga PTN, UGM, UI dan ITB, sangat besar. Bahkan, untuk menyusun soal-soal ujian seleksi SNMPTN nantinya masing-masing akan mengirimkan lebih 15 orang," tuturnya, sekaligus menandaskan UGM merasa tidak dirugikan akibat perubahan ini.
Direktur Administrasi Akademik UGM, Dr. Budi Prasetyo Widyobroto, D.E.A., D.E.S.S., menambahkan penjaringan mahasiswa baru UGM seratus persen melalui pola SNMPTN, yang terdiri atas Ujian Tulis SNMPTN dan Undangan. Dengan demikian, bagi calon mahasiswa yang ingin masuk UGM dapat mendaftar melalui dua cara ini. "Bagi yang sudah terlanjur mendaftar Utul dan PBS UM UGM, tidak perlu khawatir karena semua akan diintegrasikan ke dalam Ujian Tulis (Utul) SNMPTN dan SNMPTN jalur undangan," kata Budi Prasetyo.
Dikatakan Budi bahwa SNMPTN jalur undangan sesungguhnya merupakan seleksi penjaringan bibit unggul. Jalur ini terdiri atas PBUTM (Penjaringan Bibit Unggul Tidak Mampu), PBUBB (Penjaringan Bibit Unggul Beasiswa Berprestasi), PBOS (Penjaringan Bibit Unggul Olahraga Seni), dan PBUPD (Penjaringan Bibit Unggul Pembangunan Daerah). "Penjaringan Bibit Unggul Swadana (PBS) termasuk penerimaan melalui jalur ini. Tentang syarat-syarat dan prosedur, sama seperti di penjaringan bibit unggul sehingga meski memiliki prestasi tetap disyaratkan masuk ranking dua puluh lima persen terbaik di kelasnya," tutur Budi.
Sebanyak 7.888 orang tercatat telah mendaftar seleksi masuk UGM melalui jalur PBS dan Ujian Tulis UGM. Sementara itu, sebanyak 1.680-an orang telah mengajukan pendaftaran melalui Penjaringan Bibit Unggul (PBU). "Sehingga tanggal 27 Maret 2011 yang mestinya dilakukan ujian, justru akan dipergunakan untuk verifikasi sehingga mereka yang terlanjur daftar PBS dan Utul akan kita integrasikan ke Utul SNMPTN dan SNMPTN jalur undangan," tambahnya.
Sebagai catatan, Ujian Tulis SNMPTN akan dilaksanakan pada tanggal 1 dan 2 Juni 2011, sedangkan pengumuman akan dilakukan pada akhir Juni 2011. Untuk seleksi mahasiswa baru SNMPTN jalur undangan akan dibuka mulai bulan Februari 2011.
Sumber: Agung/UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4005
Pemahaman tenaga akuntan di Indonesia terhadap standar akuntansi internasional masih minim. Minimnya pemahaman tersebut disebabkan pengetahuan mengenai istilah akuntansi juga masih terbatas. Di samping itu, para akuntan juga masih kesulitan untuk mengadaptasi dan mengadopsi standar akuntansi internasional. Untuk itu, penyusunan kamus akuntansi Indonesia yang dapat mengadopsi standar-standar akuntansi Internasional mendesak untuk dibuat.
"Pemahaman para akuntan terhadap standar-standar akuntansi internasional masih minim sehingga kamus akuntansi Indonesia mendesak untuk dibuat," kata Prof. Dr. Indra Bastian, M.B.A., Akt., di sela-sela acara Pelatihan Internasional "Training for Trainers" IFRS dan Penyusunan Kamus Akuntansi Indonesia, yang digelar di Ruang BRI Lt. 3 Program M.Si. dan Doktor Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Senin (17/1).
Indra Bastian menambahkan sampai saat ini memang belum ada kamus akuntansi Indonesia. Padahal, konvergensi terhadap Internasional Financial Reporting Standards (IFRS) membawa dampak yang luas terhadap pengembangan akuntansi di Indonesia, baik secara praktik maupun akademik. Konvergensi ini memengaruhi pakem teori akuntansi di Indonesia, yang berdampak pada perubahan dalam penyusunan laporan keuangan entitas.
Terlebih lagi, dominasi para praktisi yang tergabung dalam Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) membuat adaptasi IFRS hampir tanpa filter. Di sisi lain, kendala perbedaan bahasa dan interpretasinya pada berbagai standar akuntansi juga menjadi urgen dan tantangan tersendiri di Indonesia. "Kendala dan tantangan lain adalah interpretasi serta kendala bahasa dalam mengadopsi IFRS oleh para akuntan yang hampir tanpa filter. Kalau jumlah akuntan di Indonesia, saya rasa sudah mencukupi," tutur dosen Jurusan Akuntansi FEB UGM ini.
Sehubungan dengan hal itu, Penelitian dan Pelatihan Ekonomika dan Bisnis (P2EB) UGM dan IFRS Centre of Excellence serta PricewaterhouseCoopers mengadakan acara pelatihan internasional ini. Acara yang diikuti oleh sekitar 100 pengajar akuntansi di berbagai universitas seluruh Indonesia ini diadakan pada 17-22 Januari 2011.
Pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang tepat dan mendalam tentang IFRS. Selain itu, peserta akan dilibatkan untuk menjadi kontributor penyusunan draf Kamus Akuntansi Indonesia. "Draf Kamus Akuntansi Indonesia akan dijadikan pedoman dalam menginterpretasikan bahasa akuntansi," imbuhnya.
Selain dilibatkan dalam penyusunan Kamus Akuntansi Indonesia, para peserta akan mendapatkan berbagai materi, seperti akuntansi keuangan menengah, akuntansi keuangan lanjutan, dan teori akuntansi. Mereka juga akan memperoleh bebeberapa sertifikat sekaligus, baik dari P2EB UGM, IAI DIY, IFRS Centre of Excellence maupun PricewaterhouseCoopers.
Pembicara yang dihadirkan dalam pelatihan ini, antara lain, Prof. Dr. Slamet Sugiri, M.B.A. (Ketua Jurusan Akuntansi FEB UGM), Prof. Dr. Suwardjono, M.Sc. (Guru Besar Teori Akuntansi), Dr. Setiyono Miharjo, M.B.A. (Anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI), Djohan Pinnarwan, S.E., BAP (partner PwC), dan Dudi Kurniawan, S.E., Ak., M.B.A. (Anggota Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI).
Sumber: Satria AN
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2627
P2EB UGM dan BPD DIY Kucurkan Dana Untuk Korban Merapi Penelitian dan Pelatihan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM bersama BPD Syariah DIY meluncurkan program Pemberdayaan Ekonomi Korban Bencana Merapi. Sebanyak 6 (enam) koperasi syariah/ Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) seputar Merapi menandatangani program ini di dusun Candi, Bangunkerto, Turi, Sleman, Sabtu (8/1).
Acara penandatanganan disaksikan Bupati Sleman Drs. H. Sri Purnomo, Rektor UGM Prof. Ir. Sudjarwadi, M.Eng., Ph.D, Direktur P2EB UGM Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc, Pemimpin Bank Indonesia Yogyakarta Dewi Setyowati, Direktur Utama BPD DIY Dr. Supriyatno dan Komisaris Bank DIY Prof. Ainun Na'im, Ph.D. Adapun BMT-BMT penerima pembiayaan dari Bank BPD DIY Syariah, Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Sejahtera, Candi Bangunkerto, Turi, BMT Surya Amanah di jalan Kaliurang Km 7, Gang Sengkan, Condongcatur, Depok Sleman, BMT Agawe Makmur Merapi Murangan, Triharjo, Sleman, BMT Mitra Usaha Ummat di Jankan, Widodomartani, Ngemplak, Sleman, BMT Bina Sejahtera di jalan Turi Km 1, blunyah, Trimulyo Sleman dan BMT Surya Harapan Umat di Jetis, Argomulyo, Cangkringan Sleman.
"Terima kasih atas kepercayaan dan kerjasama UGM-BPD ini. Pasca erupsi Merapi sebagai bank komersial, BPD pun melakukan pengabdian untuk masyarakat guna memperkuat visi dan misi BPD. karena bagaimanapun ukuran kinerja tidak selalu pertumbuhan, namun yang pasti melahirkan komitmen membangun ekonomi masyarakat secara nyata," papar Supriyatno dalam sambutannya.
Koperasi syariah/ BMT ini, kata Supriyatno, bertindak sebagai lembaga linkage yang menyalurkan kembali pembiayaan kepada kelompok petani/ kelompok peternak dan kelompok pengusaha atau petani/ peternak yang termasuk dalam katagori usaha mikro dan kecil. Pembiayaan ini diprioritaskan bagi para anggota Kopeasi Syariah/ BMT yang anggotanya sebagian besar mengalami dampak atas erupsi Merapi, baik sebagai korban, rusak tempat tinggal, rusak lahan salak, matinya hewan ternak hingga rusaknya infrastruktur/ alat produksi.
"Penyaluran non program semacam ini tentu dapat menjadi model yang dapat dikembangkan. Sehingga sebagai bank komersial bukan saja menarik nasabah yang banyak, namun juga bermanfaat bagi masyarakat dalam program yang nyata," katanya.
Rektor UGM menyambut baik penyaluran dana senilai 1,5 miliar rupiah bagi korban erupsi Merapi. Meski berfokus pada pendidikan, UGM turut berperan agar bermanfaat bagi masyarakat. "Sebagai bagian dari bangsa yang besar kita ingin menolong yang terdekat. Karena UGM sendiri berada di Sleman," ujar Rektor.
Peluncuran program pemberdayaan ekonomi korban pasca erupsi Merapi, kata Rektor, sebagai refleki sekaligus silaturahmi guna memperkuat program-program instansi perbankan, UGM dan masyarakat. Karena alam memiliki perangai, kelompok tanaman salak memiliki perangai dan kelompok ternak juga memiliki perangai.
"Pohon-pohon juga memiliki perangai. Karena itu kita ingin mempelajari sekaligus memperkuat secara finansial. Ini merupakan kontribusi terhadap kemakmuran, dan BI, BPD DIY dan UGM ingin menjalin hubungan lebih dekat lagi terutama di Sleman," pungkasnya.
Sumber: Agung
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 11340
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengombinasikan pendekatan yang rasional dan judgmental, yang prosesnya tidak dapat diformulasikan secara lengkap. Dalam proses ini, pengambil keputusan akan selalu menghadapi risiko yang berpengaruh pada proses judgment itu sendiri. Pemahaman terhadap proses pengambilan keputusan pada masalah yang kompleks sangatlah penting agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan menghadapi risiko dengan bijak. “Praktik pengambilan keputusan selama ini menunjukkan kompleksitas masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia, maka orang akan melakukan pengambilan keputusan secara rasional dan juga dalam berbagai situasi, mengambil keputusan dengan proses heuristik,” kata Prof. Ainun Na’im, M.B.A., Ph.D. dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Rabu (29/12), di Balai Senat. Dalam pidato yang disampaikan di depan rapat terbuka Majelis Guru Besar tersebut, Ainun menyampaikan pidato berjudul Pengambilan Keputusan, Pertimbangan, dan Bias.
Selengkapnya: Prof. Ainun Na’im Dikukuhkan sebagai Guru Besar UGM
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4891
Wujud ketidaksuksesan desentralisasi dan otonomi daerah telah menunjuk pada ketidakpastian aturan main (rules of the game). Hal ini akhirnya berdampak pada biaya ekonomi tinggi (high cost economy) untuk penyediaan layanan publik dan pembangunan ekonomi daerah.
Sejumlah studi di negara maju dan berkembang menunjukkan berlakunya undang-undang desentralisasi dan otonomi daerah telah mendorong pelaksanaan akuntabilitas secara horizontal. Meski begitu, kondisi ini juga membuka peluang terjadinya saluran (channels) baru bagi praktik penyalahgunaan kekuasaan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, politik uang (money politic), lobi-lobi (lobbying), suap (bribery) atau gratifikasi. "Selain itu, salah satu risiko pemberlakuan dari sistem ini memungkinkan terjadinya kontrol penuh oleh elit daerah," kata Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc,Sc., Ph.D., di Balai Senat, Kamis (23/12), saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa ketidaksuksesan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah disebabkan desain kelembagaan (institutions design) yang dibangun tidak efisien. Inefisiensi kelembagaan ini disinyalir menjadi penyebab mendasar terjadinya stagnasi ekonomi di beberapa negara berkembang dan negara industri masa lalu.
"Runtuhnya ekonomi Uni Sovyet, Asia Tengah, dan Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin serta Kepulauan Karibia menjadi bukti hal ini," tutur Wakil Dekan Bidang Mahasiswa, Alumni, Kerja Sama, dan Pengembangan Usaha FEB UGM ini.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Menurut Wihana, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dimulai tahun 1974 hingga 2010 menjadi fenomena laboratorium penelitian ekonomi kelembagaan yang sangat dinamis, menarik, dan menantang untuk diteliti. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah tidak hanya telah mengubah aturan main yang sangat drastis (big bang changes), tetapi juga mengubah organisasi, perilaku pelaku, dan sumber daya manusia.
Dikatakan Wihana, perubahan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah berupa perubahan pemerintahan yang dahulunya pemerintahan sangat otoriter menjadi sangat demokratik. Bentuk pemerintah yang dahulu sangat sentralistik berubah menuju desentralistik. "Namun sayang, aturan-aturan ini belum diikuti perubahan tata kelola (governance) yang baik," katanya.
Sebelas tahun terakhir, penyelenggaraan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia telah menghasilkan sisi positif dan negatif. Di samping meningkatkan transparansi informasi, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memunculkan peluang dominasi kontrol oleh elit lokal, yang pada akhirnya menghasilkan informasi yang tidak utuh (asymmetric information). "Pada gilirannya, ini pun berdampak pada inefisiensi kelembagaan (institution inefficiency)," lanjutnya.
Suami dr. Usi Sukorini, M.Kes., Sp.PK(K) ini menilai lemahnya pengawasan dan penegakan kelembagaan (lack of enforcement) menjadi hal yang krusial dalam hubungan pelaku desentralisasi dan otonomi daerah. Perubahan kelembagaan desentralisasi dan otonomi daerah telah mengakibatkan ketidakjelasan siapa yang menjadi pemberi kewenangan (principal) dan siapa yang diberi kewenangan atau yang mewakili (agent). "Karena sering kali terjadi ketidakharmonisan kelembagaan, serta menciptakan kemacetan (bottleneck) bagi terselenggaranya tata kelola yang baik," pungkas ayah Arya Pradipta, Damas Nawanda, dan Dea Karina ini.
Sumber: Agung
Halaman 180 dari 196