- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 10080
Pengambilan keputusan merupakan suatu proses mengombinasikan pendekatan yang rasional dan judgmental, yang prosesnya tidak dapat diformulasikan secara lengkap. Dalam proses ini, pengambil keputusan akan selalu menghadapi risiko yang berpengaruh pada proses judgment itu sendiri. Pemahaman terhadap proses pengambilan keputusan pada masalah yang kompleks sangatlah penting agar dapat mengambil keputusan dengan baik dan menghadapi risiko dengan bijak. “Praktik pengambilan keputusan selama ini menunjukkan kompleksitas masalah dan keterbatasan kemampuan rasional manusia, maka orang akan melakukan pengambilan keputusan secara rasional dan juga dalam berbagai situasi, mengambil keputusan dengan proses heuristik,” kata Prof. Ainun Na’im, M.B.A., Ph.D. dalam pidato pengukuhan jabatan guru besar pada Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, Rabu (29/12), di Balai Senat. Dalam pidato yang disampaikan di depan rapat terbuka Majelis Guru Besar tersebut, Ainun menyampaikan pidato berjudul Pengambilan Keputusan, Pertimbangan, dan Bias.
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2822
Wujud ketidaksuksesan desentralisasi dan otonomi daerah telah menunjuk pada ketidakpastian aturan main (rules of the game). Hal ini akhirnya berdampak pada biaya ekonomi tinggi (high cost economy) untuk penyediaan layanan publik dan pembangunan ekonomi daerah.
Sejumlah studi di negara maju dan berkembang menunjukkan berlakunya undang-undang desentralisasi dan otonomi daerah telah mendorong pelaksanaan akuntabilitas secara horizontal. Meski begitu, kondisi ini juga membuka peluang terjadinya saluran (channels) baru bagi praktik penyalahgunaan kekuasaan, seperti korupsi, kolusi, nepotisme, politik uang (money politic), lobi-lobi (lobbying), suap (bribery) atau gratifikasi. "Selain itu, salah satu risiko pemberlakuan dari sistem ini memungkinkan terjadinya kontrol penuh oleh elit daerah," kata Prof. Wihana Kirana Jaya, M.Soc,Sc., Ph.D., di Balai Senat, Kamis (23/12), saat dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Beberapa peneliti berpendapat bahwa ketidaksuksesan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah disebabkan desain kelembagaan (institutions design) yang dibangun tidak efisien. Inefisiensi kelembagaan ini disinyalir menjadi penyebab mendasar terjadinya stagnasi ekonomi di beberapa negara berkembang dan negara industri masa lalu.
"Runtuhnya ekonomi Uni Sovyet, Asia Tengah, dan Eropa, Timur Tengah, Amerika Latin serta Kepulauan Karibia menjadi bukti hal ini," tutur Wakil Dekan Bidang Mahasiswa, Alumni, Kerja Sama, dan Pengembangan Usaha FEB UGM ini.
Lantas bagaimana dengan Indonesia? Menurut Wihana, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dimulai tahun 1974 hingga 2010 menjadi fenomena laboratorium penelitian ekonomi kelembagaan yang sangat dinamis, menarik, dan menantang untuk diteliti. Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah tidak hanya telah mengubah aturan main yang sangat drastis (big bang changes), tetapi juga mengubah organisasi, perilaku pelaku, dan sumber daya manusia.
Dikatakan Wihana, perubahan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah berupa perubahan pemerintahan yang dahulunya pemerintahan sangat otoriter menjadi sangat demokratik. Bentuk pemerintah yang dahulu sangat sentralistik berubah menuju desentralistik. "Namun sayang, aturan-aturan ini belum diikuti perubahan tata kelola (governance) yang baik," katanya.
Sebelas tahun terakhir, penyelenggaraan kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah di Indonesia telah menghasilkan sisi positif dan negatif. Di samping meningkatkan transparansi informasi, kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah telah memunculkan peluang dominasi kontrol oleh elit lokal, yang pada akhirnya menghasilkan informasi yang tidak utuh (asymmetric information). "Pada gilirannya, ini pun berdampak pada inefisiensi kelembagaan (institution inefficiency)," lanjutnya.
Suami dr. Usi Sukorini, M.Kes., Sp.PK(K) ini menilai lemahnya pengawasan dan penegakan kelembagaan (lack of enforcement) menjadi hal yang krusial dalam hubungan pelaku desentralisasi dan otonomi daerah. Perubahan kelembagaan desentralisasi dan otonomi daerah telah mengakibatkan ketidakjelasan siapa yang menjadi pemberi kewenangan (principal) dan siapa yang diberi kewenangan atau yang mewakili (agent). "Karena sering kali terjadi ketidakharmonisan kelembagaan, serta menciptakan kemacetan (bottleneck) bagi terselenggaranya tata kelola yang baik," pungkas ayah Arya Pradipta, Damas Nawanda, dan Dea Karina ini.
Sumber: Agung
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2844
Pelatihan Menulis Itu Mudah Banyak faktor berpengaruh terhadap rendahnya minat menulis di kalangan para akademisi. Selain adanya budaya lisan bukan tulisan, faktor lain yang berpengaruh adalah tidak adanya insentif dari universitas/ fakultas. Juga rendahnya minat para penelitian yang dilakukan para akademisi sehingga berpengaruh pada publikasi hasil penelitian.
"Rupa-rupanya perlu extra effort karena kontra prestasi tidak secepat dibanding mengajar. Namun faktor yang paling esensial terkadang para akademisi tidak tahun bagaimana caranya menulis artikel, buku dan karya ilmiah," ungkap Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D pada Workshop "Scientific Writing in Economics and Business "Menulis Itu Mudah" di Hotel Phoenix Yogyakarta, Sabtu (11/12).
Kata Mudrajad untuk bisa mahir menulis maka yang terpenting adalah menumbuhkan motivasi untuk menulis. Dalam hal ini tentu saja dibutuhkan pemahaman akan teknik-teknik menulis. Karena seorang Maradona pun masih butuh belajar bagaimana teknik menendang bola yang efektif, dan Arswendo Atmowiloto berpandangan bahwa mengarang cerpen atau karya fiksi adalah mudah. "Sementara saya sendiri cenderung mengatakan menulis itu gampang-gampang sulit," katanya.
Editor in Chief, Journal of Indonesiaan Economy & Business ini mengakui bahwa bagi penulis pemula menulis merupakan hal yang sulit. Meski begitu menjadi penulis tidak harus memiliki bakat, karena berbagai kesulitan dapat diatasi dengan belajar dan membangun kebiasaan. Ibarat orang merokok, jika setiap hari menghabiskan satu batang rokok maka dapat dipastikan dalam tempo satu bulan seseorang sudah menjadi perokok. "Saya memilih langsung mencebur diri ke kolam, jadi tulis dulu apa yang diketahui baru kemudian bagaimana teori menulis yang baik. Sehingga bakat hanya syarat, tapi belum mencukupi untuk dapat menulis," ujarnya.
Menurut Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi UGM aktivitas menulis membuka dan menjanjikan kehidupan ekonomi yang lebih baik. Ia mencontohkan penulis novel Harry Potter, J.K. Rawling. Dengan karya Harry Potter and The Goblet of Fire, J.K. Rawling mendapat penghasilan US$ 2,97 juta, atau sekitar 29,7 milyar rupiah. "Padahal J.K. Rawling sendiri telah menulis 7 novel Harry Potter lainnya," tuturnya.
Oleh karena itu untuk bisa menjadi penulis best seller dibutuhkan komitmen. Agar ketrampilan, kualitas dan produktivitas terus meningkat maka para penulis perlu menyediakan waktu khusus untuk menulis. Disamping itu, ia harus disiplin dalam mengelola waktu. "Menghargai waktu dan tidak suka menunda-nunda pekerjaan sangatlah diharapkan. Karenanya para penulis harus mampu mengenali aktivitas harian dan prioritas. Sesungguhnya di perjalanan sekalipun harus bisa dipergunakan untuk menulis," tegas penulis 30 buku ilmiah ini.
Wakil Dekan Bidang Akademik, penelitian dan pengabdian pada masyarakat FEB UGM, B.M. Purwanto, MBA., Ph.D menyambut baik penyelenggaraan workshop yang digelar Jurnal of Indonesian Economy and Business FEB UGM ini. Bahwa workshop ini menjadi kegiatan positif menumbuhkan nilai-nilai dasar seperti kejujuran dan berbagi untuk sesama. "Dua nilai ini sangat mendasari kalangan akademisi saat melakukan penelitian, bahwa melalui proses dan akurasi tinggi penelitian tersebut akhirnya bisa dinikmati oleh publik," papar B.M. Purwanto.
Sumber: www.ugm.ac.id
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 54247
Dampak dari erupsi Gunung Merapi selain mengakibatkan timbulnya korban jiwa juga menyebabkan kegiatan perekonomian warga menjadi terganggu bahkan terhenti. Selain ternak mati, rumah hancur, tidak sedikit masyarakat yang kehilangan pekerjaan dan mata pencaharian seperti bertani, berdagang, dll. Dengan kondisi itulah, maka Penelitian dan Pelatihan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (P2EB) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM bersama BPD Syariah DIY meluncurkan program Pemberdayaan Ekonomi Korban Bencana Merapi.
Direktur P2EB Dr Anggito Abimanyu, M.Sc mengatakan program ini bertujuan untuk membantu pemulihan (recovery) aktivitas dan perekonomian masyarakat yang menjadi korban letusan Gunung Merapi. Program ini berupa penyediaan skema pembiayaan dan pendampingan bagi masyarakat yang menjadi korban.
“Ini sebagai bentuk nyata untuk merespon kebutuhan masyarakat yang menjadi korban erupsi Merapi,” papar Anggito sebelum dilaksanakannya MOU dengan BPD Syariah, Jumat (10/12) di FEB UGM.
Ia menjelaskan melalui skema ini masyarakat korban erupsi Merapi akan mendapat manfaat diantaranya penjaminan kepada para nasabah BPD Syariah korban erupsi Merapi. Penjaminan akan diberikan kepada sekitar 100 nasabah kredit BPD. Selain itu, subsidi bunga kredit, dana penjaminan dengan subsidi bunga kredit berasal dari donasi.
“Tentu untuk ini pendampingan kegiatan usaha produktif nasabah BPD Syariah akan dilakukan,” urainya.
Besarnya donasi yang telah terkumpul dan akan segera disalurkan imbuh Anggito saat ini mencapai Rp 2 milyar.
Di tempat yang sama Direktur Pemasaran BPD DIY Bambang Setyo Pranoto mengatakan jumlah kerugian seperti kredit bermasalah/macet yang dialami nasabah BPD Syariah akibat erupsi Merapi mencapai Rp 4 milyar. Sedangkan untuk total BPD DIY mencapai Rp 18 milyar. Bambang menjelaskan nantinya penyaluran bantuan pembiayaan ini akan melalui BMT maupun koperasi.
“Kalau langsung ke masyarakatnya akan sulit. Melalui BMT atau koperasi akan lebih cepat dan tepat karena mereka lah yang tahu persis kondisi anggotanya,” kata Bambang.
Dalam pandangannya, kondisi nasabah BPD Syariah yang menjadi korban erupsi Merapi ada yang kemampuan mengangsur kreditnya minim, ada pula yang memang sudah tidak mampu lagi namun memiliki kemauan untuk bangkit kembali. Maka diharapkan dengan skema bantuan pembiayaan ini sedikit demi sedikit bisa membangkitkan kembali perekonomian mereka.
“Untuk bunga sangat ringan sekitar 6% per tahun. Jauh dibandingkan dengan bunga konvensional yang bisa mencapai 12% per tahun,” katanya.
Bambang menambahkan nasabah BPD Syariah yang menjadi korban erupsi Merapi antara lain banyak bekerja di sektor ternak kambing, bebek, usaha salak pondoh, dagang bahkan usaha arang kayu. Setidaknya saat ini sudah ada 6 BMT yang siap diajak bermitra dan segera menyalurkan bantuan itu.
“Kalau 6 BMT artinya dana yang dikelola masing-masing berkisar Rp 300 juta. Sisanya masih bisa dikembangkan melalui koperasi juga,” imbuh Bambang.
Baik Anggito maupun Bambang dalam kesempatan itu juga berharap agar kedepan langkah ini bisa diteruskan. Dengan demikian, masyarakat korban erupsi Merapi akan segera bangkit kembali roda perekonomiannya seperti sedia kala.
Sumber : www.ugm.ac.id
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 2901
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) kembali menggelar kompetisi Pemilihan Peneliti Remaja Indonesia (PPRI) ke-9 Tahun 2010 bagi mahasiswa seluruh Indonesia usia 20 – 24 tahun. Presentasi para finalis kedua ajang lomba tersebut berlangsung pada Senin, 22 November 2010 di Hotel Bumi Wiyata, Depok, Jawa Barat pukul 09.00 WIB mencapai puncaknya pada Selasa, 23 November 2010 pukul 19.00 di Widya Graha Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Sejumlah penghargaan diberikan kepada para pemenang dari tiga kategori. Ke-15 finalis tersebut berasal dari tiga mata bidang lomba yakni Ilmu Pengetahuan Sosial dan Kemanusiaan (IPSK), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), serta Ilmu Teknik dan Rekayasa. Untuk tiap bidang akan diambil tiga orang pemenang. Mereka berhak atas hadiah masing-masing pemenang I sebesar Rp12 juta, pemenang II Rp10 juta, dan pemenang III Rp8 juta. Penghargaan diberikan oleh Ana Mustamin, salah satu juri kompetisi yang juga menjabat Kepala Departemen Komunikasi Perusahaan AJB Bumiputera 1912. Berikut daftar para pemenang PPRI ke-9 LIPI 2010:
PPRI ke-9 bidang IPSK
- Pemenang I : Arham Rahman, Asriyani Mappiwali dan Andi Karmila Ningsih dari Fakultas Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Makassar (UNM)
- Pemenang II : Azmi Basyarahil dan Dani Aufar dari Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) Universitas Gajah Mada (UGM). Judul penelitian: "Efek Jera Maksimum Melalui Penerapan Hukuman Finansial Untuk Memiskinkan Koruptor: Analisis Social Cost of Corruption Pada Kasus Korupsi di BUMN/D Indonesia Tahun 2001-2008."
- Pemenang III : Susilo Harjono dan Ravando dari Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UGM. Judul penelitian: "Manusia Perahu sesudah Perang Berlalu: Menelusuri Jejak Pengungsi Vietnam di Pulau Galang Indonesia."
PPRI ke-9 bidang IPA
- Pemenang I: Ameilinda Monikawati, Inna Amandari dan Sofa Farida dari Fakultas Farmasi UGM. Judul penelitian: "Aktivitas Kemopreventif Ekstrak Etanolik Herba Ciplukan (Physalis angulata L.) pada Kanker Payudara: Kajian Secara In Vivo dan In Vitro."
- Pemenang II: Azhari Nuridinar dan Agus Muhar dari Fakultas Peternakan Universitas Andalas
- Pemenang III: Hengky Herdianto dan Yulianto Laksono Putra dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya
PPRI ke-9 bidang Ilmu Pengetahuan Teknik
- Pemenang I: Humaira dan Irahayu Sudarwati dari Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga (Unair)
- Pemenang II: Nia Kurnia Sari dari Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya (UB)
- Pemenang III: Eko Wahyuning Pamungkas, Annas Muzzaki Syarif dan Moh. Fadhli Abdillah dari Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi Nasional (ISTN)
Kepala LIPI, Prof. Dr. Lukman Hakim mengungkapkan bahwa remaja Indonesia diharapkan mampu berperan aktif dalam melakukan inovasi maupun invensi yang dapat menjadi solusi alternatif bagi isu-isu aktual yang sedang berkembang. Penelitian para remaja ini, sambungnya, diarahkan pada upaya pemenuhan kebutuhan dasar manusia dan pemecahan masalah-masalah di lingkungan sekitarnya. "Topik dan permasalahan yang dijadikan objek penelitian terutama berhubungan dengan bidang kesehatan, pertanian, pangan, pendidikan dan kemanusiaan yang memanfaatkan potensi sumber daya alam lokal atau masalah-masalah sosial budaya yang berimbas secara signifikan pada kehidupan masyarakat", jelasnya.
Sementara itu Dr. Deddy Setiapermana, Kepala Biro Kerjasama dan Pemasyarakatan IPTEK (BKPI) LIPI menjelaskan bahwa PPRI ke-9 ini diharapkan dapat menjaring insan-insan peneliti remaja agar dapat menumbuhkembangkan budaya meneliti bagi generasi muda serta meningkatkan apresiasi IPTEK dan mewadahi keingintahuan peneliti remaja/muda. Dia menandaskan bahwa upaya peningkatan kecerdasan bangsa dan kesadaran ilmiah bagi pengembangan sumber daya manusia merupakan usaha yang sangat penting agar generasi mendatang mampu berperan serta dan mengikuti laju perkembangan IPTEK. "Hanya negara yang unggul dalam bidang ekonomi dan penguasaan IPTEK sajalah yang akan dapat mengambil manfaat besar dari globalisasi", tambahnya.
Sumber: wny
- Detail
- Ditulis oleh FEB UGM
- Kategori: Berita
- Dilihat: 4255
Estimasi kerugian sementara yang dihitung oleh Bappeda Kabupaten Sleman per tanggal 14 November 2010 akibat erupsi Gunung Merapi mencapai 3,385 triliun rupiah. Angka ini belum termasuk kerugian di subsektor perikanan, wisata Kaliurang, infrastruktur, dan bangunan SD-SMP.
Jika semua dihitung, menurut estimasi sementara ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia) Cabang Yogyakarta, kerugian mencapai 5 triliun rupiah. "Bila cakupan wilayah kerugian diperluas dengan wilayah yang berbatasan dengan ketiga kecamatan, misalnya Kecamatan Ngaglik, Ngemplak, Sleman, dan Tempel, kerugian yang ditimbulkan tentu akan meningkat," kata Ketua ISEI Cabang Yogyakarta, Prof. Lincolin Arsyad, Ph.D., Kamis (18/11).
Erupsi Merapi menyebabkan banyak masyarakat di wilayah bencana masih harus mengungsi. Jumlah pengungsi di seluruh wilayah DIY tercatat sebanyak 152.075 orang, sedangkan di Kabupaten Sleman sejumlah 111.569 orang. Data Kantor Bank Indonesia Cabang Yogyakarta (18/11) menunjukkan debitur UMKM sebanyak 3.655 berpotensi macet dengan besaran nominal mencapai 106, 4 miliar rupiah. "Hal ini bisa meningkat mengingat cakupan wilayah dan jangka waktu. Melihat kondisi tersebut, ISEI Cabang Yogyakarta memutuskan untuk menyumbangkan pemikiran dalam rangka percepatan pemulihan ekonomi. Sebagai langkah awal, dengan membentuk Tim Percepatan Pemulihan Ekonomi Pascaerupsi Bencana Merapi," ujar Licolin di Magister Manajemen UGM.
Di hadapan wartawan, Lincolin menjelaskan tim yang baru saja dibentuk ini menunjuk Prof. Mudrajad Kuncoro, Ph.D. sebagai koordinator. Untuk percepatan pemulihan, tim menjalankan dua fokus perhatian, yakni Pemulihan Ekonomi, dengan koordinator Dr. Fahmy Radhi, M.B.A., dan Pemulihan Citra Yogyakarta oleh Drs. Wing Wahyu Winarno, MAFIS, Akt.
Bersama dengan Pusat Studi Bencana (PSB) UGM, tim telah melakukan pertemuan dan berkoordinasi dengan Bupati Sleman, Drs. Sri Purnomo, pada 14 November 2010 lalu. Dari pertemuan tersebut, Pemkab Sleman dengan tangan terbuka menerima sumbang pemikiran dari ISEI Cabang Yogyakarta dan secara teknis akan lebih banyak berkoordinasi dalam "Forum Sleman Bangkit".
Tahapan kerja Tim ISEI Cabang Yogyakarta dalam percepatan pemulihan ekonomi ini meliputi assessment survey, cluster analysis, dan action plan yang mencakup bidang keuangan, pengembangan kapasitas (capacity building), dan pemasaran. Tim ini juga dengan segera mendesak Bank Indonesia untuk mempertimbangkan pemutihan kredit (write off) UMKM sampai dengan 100 juta rupiah dengan anggaran dari pemerintah pusat, Pemprov DIY atau BUMN. "ISEI Cabang Yogyakarta akan menindaklanjuti hal ini dengan mengirimkan surat kepada Gubernur BI, tembusan kepada Pemimpin Kantor Bank Indonesia Yogyakarta, Gubernur DIY, dan Menteri Negara BUMN," jelas Lincolin.
Selain itu, ISEI Cabang Yogyakarta mendesak dan akan mengirim surat kepada Menteri Keuangan (c.q. Dirjen Pajak dan Dirjen Bea dan Cukai) untuk segera menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan yang memberikan fasilitas pajak penghasilan (PPh), pajak pertambahan nilai (PPN), dan pajak penjualan barang mewah (PPnBM) untuk wajib pajak yang terkena dampak bencana erupsi Merapi.
Lincolin juga berharap kepada media untuk membuat berita dengan perspektif lebih positif, misalnya saat bencana alam menimpa DIY, akan terlihat modal sosial dan solidaritas masyarakat DIY yang sangat kuat. Dengan perspektif ini, tayangan dan liputan bencana tetap memberikan gambaran/citra positif pada wilayah yang terkena bencana tersebut. "Kami akan menyampaikan informasi mengenai berbagai langkah yang diambil, termasuk koordinasi dan kerja sama dengan berbagai pihak di DIY, misalnya Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY) demi pemulihan citra DIY, serta menghimbau PTN dan PTS di DIY untuk membantu pemulihan ekonomi Kabupaten Sleman ini dengan sejumlah aksi, misalnya penerjunan KKN tematik di daerah bencana," tuturnya.
Sumber: www.ugm.ac.id
Halaman 149 dari 165