Tantangan Sawit Nasional di Tengah Kampanye Negatif dan Perang Dagang
- Detail
- Ditulis oleh Herianto
- Kategori: Berita
- Dilihat: 519
Isu deforestasi dan emisi karbon kerap menjadi momok bagi industri sawit Indonesia. Tidak sedikit kampanye negatif di tingkat global yang menilai industri sawit nasional tidak ramah lingkungan yang menjadi penyebab perubahan iklim.
“Perang dagang dalam pasar minyak nabati global menjadi motif utama dari kampanye negatif tersebut,” tutur Kepala Pusat Studi Sawit IPB, Prof. Budi Mulyanto, Kamis (26/9/2024) dalam acara Bedah Buku dan Diskusi bertema "Kelapa Sawit dalam Pembangunan Berkelanjutan: Tinjauan Sains, Ekonomi, dan Lingkungan" di Auditorium Sukadji Ranuwihardjo, Gedung Magister Manajemen (MM) Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.
Diskusi terkait industri sawit ini terselenggara melalui kerja sama antara FEB UGM, Palm Oil Strategic Studies (IPOSS) Kompas Group, Fakultas Ekonomi dan Bisnis UMY dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNY. Forum diskusi ini ditujukan untuk mengkaji secara komprehensif keberadaan dan kontribusi industri kelapa sawit bagi perekonomian Indonesia dari perspektif sains, ekonomi, dan lingkungan. Hadir sebagai narasumber Prof. Budi Mulyanto (Kepala Pusat Studi Sawit IPB), Petrus Gunarso, Ph.D. (Pakar Kehutanan dan Lingkungan), dan Akhmad Akbar Susamto, Ph.D. (Kaprodi Magister Ekonomi Pembangunan UGM).
Budi mengatakan kampanye negatif tersebut ditujukan untuk merusak citra sawit dalam menjaga citra minyak nabati produk Eropa. Selain itu, kampanye negatif dilakukan untuk melindungi petani Eropa dan menjadi bagian dari strategi mendapatkan harga produk minyak sawit yang lebih murah.
Sementara Petrus Gunarso, Ph.D., menyampaikan bahwa sawit adalah komoditas eksotis yang kontroversial dan terus diperjuangkan, termasuk melalui dialog di World Trade Organization (WTO). Ia pun mengapresiasi langkah FEB UGM yang membuka ruang untuk diskusi tentang sawit.
“Saya salut kepada UGM yang telah mengakomodasi pertemuan mengenai sawit. Pasalnya, tidak banyak perguruan tinggi negeri di Indonesia yang menyambut baik sawit,” ujarnya.
Vitalnya posisi sawit dalam perekonomian nasional turut disampaikan oleh Ketua Program Studi Magister Ekonomika Pembangunan FEB UGM Akhmad Akbar Susamto, S.E., M.Phil., Ph.D. Ia menjelaskan bahwa kelapa sawit merupakan komoditas strategis nasional yang memiliki peran penting dalam perekonomian Indonesia. Sektor sawit berkontribusi besar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB), penciptaan lapangan kerja, serta peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun ia juga menekankan adanya tantangan besar yang dihadapi industri ini terutama dari perspektif pembangunan berkelanjutan.
Tantangan pertama muncul dari perusahaan sawit, termasuk kebutuhan lahan yang luas dan budidaya yang bersifat monokultur. Berikutnya, tantangan muncul akibat perilaku negatif sebagian perusahaan sawit dan juga lemahnya institusi hukum di tanah air.
“Jika ingin sawit berperan lebih besar dalam pembangunan berkelanjutan, maka pemaknaan sawit sebagai anugerah yang perlu diperjuangkan harus mencakup upaya serius untuk mengatasi berbagai tantangan tadi. Tanpa upaya tersebut posisi sawit dalam pembangunan berkelanjutan akan terus dipertanyakan,” tuturnya.
Reportase: Herianto/MEP UGM
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Artikel terkait: https://iposs.co.id/diskusi-peran-kelapa-sawit-dalam-pembangunan-keberlanjutan
Sustainable Development Goals