Sirkular Talk Dorong Kesadaran Generasi Muda Implementasikan Ekonomi Sirkular
- Detail
- Ditulis oleh Shofi
- Kategori: Berita
- Dilihat: 305
Departemen Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada (FEB UGM) melalui Bidang Kajian Manajemen Logistik dan Rantai Pasokan/Supply Chain and Circular Economy (SCCE) bekerja sama dengan Ekonomi Sirkular ID, menyelenggarakan acara bertajuk Sirkular Talk dengan tema “Inovasi Bahan Pewarna Ramah Lingkungan dalam Industri Tekstil dan Mode” di Selasar CIMB Lounge FEB UGM pada Kamis, 17 Oktober 2024. Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman mahasiswa tentang implementasi ekonomi sirkular.
Koordinator Bidang Kajian Supply Chain Circular Economy FEB UGM, Luluk Lusiantoro, M.Sc., Ph.D, menyampaikan penyelenggaraan acara bertujuan untuk memberikan pemahaman dan meningkatkan kesadaran mahasiswa mengenai implementasi ekonomi sirkular. Selain itu, melalui kegiatan ini untuk memperkenalkan platform Ekonomi Sirkular ID (ekonomisirkular.id) yaitu sebuah platform pertama di Indonesia yang berfokus pada edukasi praktik ekonomi sirkular. Platform ini juga menyediakan instrumen untuk menilai seberapa jauh individu dan perusahaan telah mengadopsi prinsip-prinsip ekonomi sirkular.
“Kegiatan ini harapannya dapat direplikasi oleh fakultas dan universitas lain di Indonesia sebagai upaya mempromosikan dan menularkan ide-ide tentang ekonomi sirkular dan ekonomi berkelanjutan,” jelasnya.
Sirkular Talk menghadirkan Prof. Edia Rahayuningsih., MS., IPU, Ketua Indonesia Natural Dye Institute (INDI) UGM sebagai narasumber utama. Dalam kesempatan itu ia berbagi wawasan dan pengalamannya dalam penerapan ekonomi sirkular di industri tekstil melalui penggunaan pewarna alami.
Edia menjelaskan pentingnya inovasi pewarna alami. Pengembangan inovasi pewarna alami perlu dilakukan tidak hanya menyediakan alternatif pewarna yang ramah lingkungan, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pewarna sintetis yang masih dipenuhi dengan produk impor. "Indonesia masih mengimpor pewarna sintetis senilai 5 triliun rupiah, padahal jenis pewarna ini telah dilarang penggunaannya sejak karena berbahaya," ungkap Dosen Teknik Kimia UGM ini.
Ia juga menyoroti sekitar 90% perajin kecil masih menggunakan pewarna sintetis. Padahal Indonesia memiliki potensi besar dalam memanfaatkan biodiversitas lokal untuk bahan baku pewarna alami. Pewarna alami tidak hanya mendukung keberlanjutan lingkungan, tetapi juga dapat menghidupkan kembali industri pewarna alam di Indonesia. INDI UGM hadir untuk mendukung inovasi teknologi dan memastikan rantai pasokan dari hulu hingga hilir, khususnya untuk pewarna alami di industri tekstil dan pewarna makanan.
Dalam diskusi yang interaktif, Edia mengajak generasi muda untuk lebih sadar dalam memilih produk tekstil. Ia juga mengajak mahasiswa untuk berkontribusi dalam solusi sederhana tetapi berdampak, seperti mendaur ulang pakaian dan memilih pewarna alami.
Acara ini dihadiri oleh 117 mahasiswa dari berbagai fakultas. Salah satu peserta dari Fakultas Geografi, Amrique Marwatul Wafiroh, mengungkapkan bahwa seminar ini memberikan wawasan baru tentang pemanfaatan limbah dalam industri tekstil dan pentingnya ekonomi sirkular. Ia memberikan highlight menarik di pembahasan limbah mangrove yang ternyata tidak hanya daun saja yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna alami tetapi ada banyak aspek yang bisa diolah.
Sementara Nashifah Nailatusy Syarafah yang juga merupakan mahasiswa Fakultas Geografi berharap melalui kegiatan ini nantinya generasi muda dapat mengimplementasikan ekonomi sirkular dan berkelanjutan. “Sesinya sangat menarik dan interaktif. Saya senang dapat ikut serta dalam acara ini. Harapannya materi yang disampaikan oleh pembicara tadi dapat diaplikasikan oleh masyarakat di masa depan,” jelasnya.
Reportase: Shofi Hawa Anjani
Editor: Kurnia Ekaptiningrum
Sustainable Development Goals